Pengembangan Industri Pengolahan Kayu sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro)

Main Author: Widyawan, VallenLaurindaDefrina
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/117424/
Daftar Isi:
  • Sentra industri pengolahan kayu sudah cukup menjamur di Kabupaten Bojonegoro yang salah satunya terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Dengan memanfaatkan potensi daerah sebagai bahan baku utama yakni kayu. Pasokan kayu sudah bisa mencukupi kebutuhan produksi, para pengrajin kebanyakan masih mengambil dari luar daerah selain Bojonegoro. Padahal kayu menjadi salah satu produk andalan dari Kabupaten Bojonegoro. Hal ini tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro tahun 2013-2018 terkait dilakukannya pengembangan sektor-sektor industri potensial yang salah satunya adalah industri pengolahan kayu. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan dua fokus penelitian, yaitu (1) pengembangan industri pengolahan kayu sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal dan (2) faktorfaktor yang turut berperan dalam pengembangan industri pengolahan kayu. Sedangkan analisis data di lapangan yang digunakan adalah analisi data kualitatif bersifat interaktif milik Miles dan Hubberman yang terdiri dari data collection, data condensation, data display, dan conclusion drawing/verification. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melakukan pengembangan sektor industri potensial dengan cara memberikan pelatihan, pembinaan, penguatan modal, serta fasilitas teknologi kepada para pengrajin. Selain itu pemerintah juga memberdayakan sumberdaya manusia yang berkualitas dengan adanya staf-staf yang menaungi bidang terkait pengembangan industri pengolahan kayu yakni Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kayu. Optimalisasi pengembangan industri pengolahan kayu ini bisa dilakukan dengan adanya program kerja agar pelatihan dan pembinaan dapat terlaksana lebih terjadwal. Perlu adanya program reboisasi hutan agar kayu yang dibutuhkan pengrajin dapat tercukupi dan tidak mengambil dari daerah lain. Dibutuhkan komunikasi yang lebih intens pada para pengrajin sehingga hubungan antar pengrajin bisa lebih erat karena sifat para pengrajin yang masih individualisme.