Upaya Perbaikan Cacat Melalui Pengendalian Kualitas Pada Produk Cokelat Tempe Dekonco Malang (Studi Pada Cokelat Tempe Dekonco Malang)
Main Author: | Hanifianto, Ihsan Widi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11655/ |
Daftar Isi:
- Hasil dari pertanian di Indonesia sangatlah melimpah, bahkan ada beberapa hasil dari pertanian Indonesia telah menembus pasar ekspor. Salah satu komoditas pertanian Indonesia yang melimpah adalah kakao (Theobroma cacao). Olahan kakao merupakan salah satu produk olahan kakao (Theobroma cacao) yang sangat dikenal luas oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan penyumbang terbesar perekonomian di Indonesia. UKM sangat penting selain sebagai penyumbang perekonomian Indonesia, karena karakteristik yang dimiliki oleh UKM tersebut yaitu salah satunya adalah merupakan usaha padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dilain sisi dapat menurunkan tingkat pengangguran. Penelitian ini menjelaskan mengenai penerapan perbaikan kualitas melalui metode pengendalian kualitas dengan menggunakan alat analisis Failure Mode an Effect Analysis (FMEA) dan diagran Fishbone. Tujuan dilakukannya penelitian ini karena pada produksinya masih terdapat beberapa cacat atau kegagalan yang dialami Dekonco, serta meranking permasalahan atau cacat mana yang memiliki efek dan penyebab yang paling dominan. Selain itu tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi efek dan penyebab dari cacat atau kegagalan tersebut dan memberikan alternatif usulan perbaikan. Metode penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan lokasi penelitian di cokelat tempe Dekonco yang berlokasi di kota Malang. Pertimbangan memilih cokelat tempe Dekonco sebagai lokasi penelitian adalah bahwa Dekonco merupakan salah satu pelopor coklat tempe. Pengambilan data dilakukan kurang lebih selama dua bulan dimulai pada Januari 2018-Maret 2018. Metode penentuan responden pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Dimana responden ditentukan berdasarkan kapabilitas pada bagiannya serta memiliki tujuan yang sejalan dengan penelitian. Responden pada penelitian ii ini yaitu merupakan key informant yang merupakan pemilik dari cokelat tempe Dekonco dan juga karyawan dari Dekonco. Metode pengendalian kualitas ini dibantu dengan alat analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fishbone Chart. Tahapan FMEA tersebut diantaranya adalaha Severity (S), Occurence (O), Detection (D), dan Risk Priority Number (RPN) yang kemudian dilanjut dengan alat naalisis fishbone chart untuk yang berupa diagram yang digunakan untuk mengetahhui sebab - akibat dan mencari solusi dari permasalahan. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa terdapat tiga proses yang menghasilkan cacat yaitu proses pencetakan cokelat, proses pengisian tempe dan proses pengemasan cokelat yang sudah jadi. Total produk cacat pada produksi bulan Januari sebesar 453/5114 produk yang dihasilkan pada bulan januari. Kemudian perusahaan melakukan deteksi terhadap cacat dan data tersebut dijelaskan pada data produksi bulan Februari dengan hasil cacat sebesar 286/5086 produk yang dihasilkan. Diagram fishbone digunakan untuk mencari masing-masing penyebab dari cacat tersebut. Penyebab paling dominan adalah faktor manusia atau tenaga kerja, sehingga perlu adanya pembenahan pada tenaga kerja. Analisis FMEA dilakukan pada masing-masing cacat berdasarkan variabel severity, occurence, dan detection. Pada severity menilai seberapa besar efek yang ditimbulkan, sedangkan occurence menilai frekuensi penyebab ternyadinya kegagalan, dan detection menilai tingkat deteksi yang telah dilakukan berdasarkan indeks atau parameter yang sudah ditetapkan. Selanjutnya menghitung nilai RPN dengan mengalikan skor S, O, dan D. Nilai RPN paling tinggi terdapat pada cacat penyok pada kemasan dengan nilai RPN sebesar 392, sedangkan nilai RPN paling kecil terdapat pada cacat penutupan aluminium foil tidak rapi dengan nilai RPN sebesar 180. Kemudian pemberian alternatif usulan perbaikan berdasarkan dari faktor yang harus diperbaiki. Alternatif usulan perbaikan yang dilakukan ditekankan pada perbaikan pada tenaga kerja kemudian pada metode dan mesin yang digunakan.