Evaluasi Kebijakan Pola Transportasi Makro Dalam Rangka Mengurangi Kemacetan di DKI Jakarta (Studi tentang Bus Transjakarta Busway Koridor 1 dan Koridor 3)
Daftar Isi:
- Meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan menyebabkan kemacetan di DKI Jakarta. Kemacetan ini diperparah dengan jumlah kendaraan pribadi yang beredar di jalanan lebih banyak dibanding dengan angkutan umum. Masyarakat enggan menggunakan angkutan umum karena kondisi angkutan umum di Jakarta buruk dan banyak yang tidak layak jalan. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya untuk merevitalisasi angkutan umum di Jakarta guna memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengurangi kemacetan. Upaya yang dilakukan adalah melalui kebijakan Pola Transportasi Makro. Salah satu hasil dari kebijakan tersebut adalah bus Transjakarta. Bus Transjakarta diharapkan mampu menjadi solusi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengurangi kemacetan. Namun setelah 10 tahun beroperasi, bus Transjakarta masih banyak mengalami masalah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap bus Transjakarta. Untuk mengevaluasi kebijakan Pola Transportasi Makro berupa bus Transjakarta tersebut, maka peneliti menggunakan jenis metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Fokus yang diangkat adalah (1) evaluasi input yang meliputi: jumlah armada, jumlah SDM, dan infrastrukur, (2) evaluasi proses, (3) evaluasi output yang meliputi: keamanan penumpang, kenyamanan penumpang, dan jumlah penumpang, serta (4) evaluasi outcome. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Sedangkan analisa data di lapangan yang digunakan adalah analisa deskriptif melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa jumlah armada yang disediakan kurang, jumlah SDM yang dimiliki sudah cukup, infrastruktur berupa prasarana penunjang telah memadai, namun jumlah SPBG masih kurang. Operasional bus Transjakarta terdapat hambatan, yaitu tingkat sterilisasi jalur yang masih rendah. Penumpang bus Transjakarta belum merasa aman dan nyaman, tetapi jumlah penumpang bus Transjakarta tiap tahunnya meningkat. Kemacetan masih terjadi di DKI Jakarta. Untuk membuat pelayanan bus Transjakarta menjadi maksimal perlu dilakukan penambahan jumlah armada dan jumlah SPBG, serta meningkatkan sterilisasi pada jalur busway.