Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Manajemen Terhadap Perencanaan Volume Penjualan Dan Laba (Studi Kasus pada PT. Cakra Guna Cipta Malang)
Main Author: | Ariyanti, Retno |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/116312/1/ANALISIS_BREAK_EVEN_POINT_SEBAGAI_DASAR_PENGAMBILAN.pdf http://repository.ub.ac.id/116312/ |
Daftar Isi:
- Analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak mendapatkan laba atau impas. Penggunaan analisis Break Even Point ini dimaksudkan agar manajemen dapat mengetahui pada tingkat penjualan minimal berapakah perusahaan mengalami impas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk merencanakan target penjualan di atas penjualan minimal agar menghasilkan laba. Penelitian dilakukan pada PT. Cakra Guna Cipta Malang yang bergerak di bidang industri rokok golongan dua. PT. Cakra Guna Cipta Malang memproduksi jenis rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) dengan tiga produk yaitu, Cakra Royal Filter, Cakra Filter Slim dan Cakra Filter Luxury. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat BEP yang dicapai dalam perencanaan volume penjualan dan laba pada PT. Cakra Guna Cipta Malang periode 2011-2013 dan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai oleh PT. Cakra Guna Cipta Malang untuk memenuhi target laba yang diinginkan pada periode 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Fokus pada penelitian ini terdiri dari data biaya, harga jual, volume penjualan dan tingkat laba yang direncanakan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder dengan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa perusahaan mengalami penerimaan laba yang fluktuatif pada periode 2011-2013 karena di tahun 2012 mengalami penurunan rasio penerimaan laba dan kenaikan laba yang drastis terjadi di tahun 2013. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan adanya penurunan penjualan pada salah satu produk rokok, yaitu Cakra Filter Slim. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai BEP mix yang dicapai perusahaan untuk tahun 2011 sebesar Rp 3.924.783.972,52. Tahun 2012 BEP mix yang dicapai adalah sebesar Rp 5.309.131.772,23 dan tahun 2013 BEP mix yang didapatkan sebesar Rp 4.067.022.479,13. BEP mix yang tinggi di tahun 2012 tersebut mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan laba karena perusahaan berusaha untuk mencapai penjualan minimal tersebut untuk mencapai impas dan akhirnya tidak mencapai hasil yang maksimal dalam penerimaan laba. Tahun 2013 menjadi tahun dasar untuk perencanaan volume penjualan dan laba di tahun 2014. Perencanaan laba dan penjualan pada alternatif pertama dengan menilai BEP mix berdasarkan ramalan penjualan adalah sebesar Rp 4.270.373.603,10. Alternatif kedua pada asumsi pertama BEP mix yang diperoleh adalah Rp 3.748.255.852,38, asumsi kedua BEP mix adalah Rp 3.014.901.446.48 dan asumsi ketiga BEP mix adalah Rp 5.703.514.857,62. Alternatif ketiga dengan pendekatan Sales Minimum dan kenaikan laba yang diharapkan oleh perusahaan adalah 5% atau Rp 58.987.446.804,00 sehingga Sales Minimum yang dicapai adalah sebesar Rp 194.349.108.943,65. Analisis Break Even Point sebaiknya diterapkan untuk perencanaan penjualan dan laba pada perusahaan karena analisis ini juga memberikan informasi yang berkaitan dengan perencaan biaya dan harga jual. Perusahaan juga dapat menggunakan tiga alternatif yang ditawarkan peneliti untuk merencanakan penjualan dan laba periode 2014 karena hasil perhitungan dari ketiga alternatif tersebut menunjukkan hasil yang positif dan dapat dijadikan dasar bagi manajemen untuk mengambil keputusan dalam perencanaan laba.