Analisis Gaya Kepemimpinan Lintas Budaya Ekspatriat (Studi penelitian pada PT. Haier Sales Indonesia, Jakarta Utara)
Daftar Isi:
- PT. Haier Sales Indonesia merupakan salah satu perusahaan penjualan elektronik asal Cina yang beroperasi di Indonesia. Haier Group (perusahaan induk) menugaskan tiga orang ekspatriat asal Jepang yang ditempatkan pada top level management di PT. Haier Sales Indonesia. Dalam praktiknya ekspatriat Jepang membawa nilai-nilai budaya Jepang dalam memimpin karyawan Indonesia yang diantaranya memiliki budaya yang berbeda. Ini menjadi keunikan bagi perusahaan Cina dimana gaya manajemen di PT. Haier Sales Indonesia sangat kental dengan gaya khas Jepang. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat di PT. Haier Sales Indonesia, dilihat dari pengambilan keputusan perusahaan, pemberdayaan, dan komunikasi interpersonal. Penelitian ini juga menjelaskan faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan lintas budaya para ekspatriat, model penyesuaian ekspatriat, dan kendala yang dialami oleh ekspatriat dalam memimpin karyawan lokal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi non-partisipan, dan wawancara mendalam dengan triangulasi sumber dan teknik, yang dilakukan pada tiga orang ekspatriat Jepang dan lima orang karyawan lokal tingkat menengah. Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan lintas budaya yang diterapkan oleh ketiga ekspatriat Jepang di PT. Haier Sales Indonesia adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya demokratis terlihat pada pengambilan keputusan perusahaan yang dilakukan melalui konsultasi dengan karyawan lokal, terdapat pemberdayaan karyawan, dan komunikasi interpersonal yang berlangsung formal dan informal, dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat di PT. Haier Sales Indonesia adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman, kemampuan interpersonal, dan nilai-nilai budaya Jepang. Model penyesuaian yang dilakukan ekspatriat yaitu model reaksi dan model integrasi. Salah satu ekspatriat melakukan model reaksi dimana ekspatriat lebih mengubah lingkungan dibanding perilakunya, sedangkan dua ekspatriat lainnya cenderung melakukan model integrasi dimana ekspatriat lebih mengubah perilaku untuk menyesuaikan dengan keadaan lokal. Kendala yang dialami ekspatriat terletak pada masalah stereotipe negatif terhadap karyawan lokal dan etnosentrisme yang dimiliki ekspatriat.