Analisis Risiko Kecelakaan Kerja pada Dermaga Pelabuhan Peti Kemas dengan Metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis

Main Author: Susanto, Medi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/11580/
Daftar Isi:
  • PT Terminal Teluk Lamong merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kepelabuhanan terpadu dalam proses distribusi barang dengan mengedepankan pelayanan menggunakan peralatan semi-otomatis dan berstandar greenport. Dalam kegiatannya, pada perusahaan ini terjadi kenaikan jumlah kecelakaan kerja pada berbagai lokasi perusahaan dalam satu tahun terakhir. Kecelakaan kerja tersebut mengakibatkan kerugian, baik kerugian material maupun non material pada perusahaan. Kecelakaan kerja paling sering terjadi pada dermaga pelabuhan peti kemas perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi dan prioritasnya, serta rencana penanganan untuk menghadapi risiko tersebut. Analisis risiko pada penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan diskusi dengan pihak expert untuk mengidentifikasi risiko yang berpotensi terjadi pada dermaga pelabuhan peti kemas PT Terminal Teluk Lamong. Selanjutnya risiko dianalisis dan dievaluasi menggunakan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) dengan menilai tingkat severity, occurance, dan detection melalui wawancara dengan pihak expert di perusahaan. Tahap penentuan prioritas risiko penelitian ini menggunakan metode fuzzy logic untuk mendapatkan nilai Fuzzy Risk Priority Number (FRPN). Setelah mendapatkan urutan prioritas risiko, kemudian dilakukan perencanaan penanganan terhadap masingmasing risiko sesuai dengan kondisi perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya 19 risiko kecelakaan kerja pada dermaga pelabuhan peti kemas perusahaan. Misalnya, risiko ring lampu suar pecah, risiko kegagalan mengemudikan Combine Tractor Terminal (CTT) saat mobilisasi, dan risiko kabel peti kemas refeer putus saat melakukan handling dengan Ship to Shore (STS). Berdasarkan tahap analisis dan evaluasi, risiko-risiko tersebut selanjutnya diurutkan sesuai dengan nilai FRPN masing-masing risiko. Dari hasil penentuan prioritas risiko, didapatkan prioritas risiko tertinggi yaitu peti kemas gagal diangkat dengan nilai FRPN 7. Sedangkan prioritas risiko terrendah yaitu lampu anjungan kapal pecah dengan nilai FRPN 3,88. Rencana penanganan risiko terhadap prioritas risiko tertinggi antara lain melakukan briefing rutin setiap awal dan akhir shift kerja dan pembuatan form berita acara, pembuatan safety sign, pelatihan pekerja (training) dilakukan secara berkala, serta penerapan sistem reward sebagai motivasi kerja.