Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Pada Tingkat Laba Yang Diharapkan (Studi pada Perusahaan Dwi Neka Plastik Sidoarjo)

Main Author: Noviyanto,Markus
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/115621/1/051200243.pdf
http://repository.ub.ac.id/115621/
Daftar Isi:
  • Analisis Break Even Point merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui di mana perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak mendapatkan laba. Penjualan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan menggunakan analisis Break Even Point (titik impas), dapat diketahui tingkat laba dari berbagai tingkat penjualan. Dengan menggunakan Analisis Break even Point dapat direncanakan laba periode berikutnya. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Dwi Neka Plastik yang memproduksi Botol Accu dan Jirigen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Analisis Break Even Point guna mengetahui titik impas perusahaan, volume penjualan, harga jual dan memberikan satu alternatif perencanaan laba pada periode mendatang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan data yang diperoleh, laba perusahaan meningkat setiap tahunnya, akan tetapi presentase laba menurun terhadap penjualannya. Penerapan Analisis Break Even Point dapat mengantisipasi keadaan tersebut, karena dapat diketahui berapa penjualan yang terjadi ketika perusahaan menargetkan laba tertentu. Dari hasil perhitungan tahun 2010, setelah biaya semivariabel dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, maka dihitung titik impas perusahaan. BEP Mix terjadi pada penjualan Rp. 307.728.949, dengan rincian penjualan botol accu sebesar Rp. 12.912.255,8 dan penjualan jirigen Rp. 294.816.693,2. Jumlah kuantitas yang terjual pada saat BEP adalah 8.070 unit untuk botol accu dan 14.039 unit untuk jirigen. Batas penurunan penjualan yang diperbolehkan sebesar 57,03 %. Tahun 2010 dijadikan tahun dasar untuk perencanaan tahun 2011. Peningkatan volume penjualan menyebabkan biaya variabel total ikut naik sebanding dengan kenaikan volume penjualan. Volume penjualan pada tahun 2011 direncanakan sebesar Rp. 743.865.600,00. Perusahaan tidak mengalami rugi