Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Industri Kecil Sebagai Pembangunan Yang Bertumpu Pada Masyarakat (Community Based Development) (Studi Pada Dinkoperindag Dan Esdm Kabupaten Sidoarjo Serta Industr
Main Author: | Rini,BerthiPuspita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/115309/1/cover.pdf http://repository.ub.ac.id/115309/2/DAFTAR_PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/115309/3/lampiran.pdf http://repository.ub.ac.id/115309/4/CURRICULUM_VITAE.pdf http://repository.ub.ac.id/115309/ |
Daftar Isi:
- Industri kecil mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan yang ditujukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 bahwa untuk memperkuat daya saing bangsa, salah satu kebijakan pembangunan dalam jangka panjang adalah memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan masing-masing wilayah menuju keunggulan kompetitif perwujudan kebijakan ini dapat dilakukan salah satunya adalah melalui pemberdayaan industri kecil. Sebagaimana Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang meiliki potensi industri yang besar, untuk mendukung pembangunan perekonomian daerah. Industri kecil di Sidoarjo lahir dilandasi oleh potensi pembangunan yang bertumpu pada masyarakat setempat yang dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan aktivitas perekonomian di daerah. Namun pada masa sekarang ini industri kerupuk mengalami kelemahan seperti yang dialami industri kecil pada umumnya. Maka dari itu, menginggat potensi yang melekat pada industri kerupuk ini pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui Dinkoperindag dan ESDM perlu melakukan usaha pemberdayaan terhadap industri kecil kerupuk yang berada di Desa Kedungrejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus dari penelitian ini adalah 1. Peran Dinkoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo sebagai usaha pemberdayaan industri kecil kerupuk yang meliputi: (a) Pembinaan manajemen, (b) Bantuan alat untuk produksi, (c) Bantuan pemasaran produk. 2. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam proses pemberdayaan industri kecil kerupuk. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi, dan mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Instrumen dari penelitian ini adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara dan perangkat penunjang lainnya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis peran Dinkoperindag dan ESDM sebagai usaha pemberdayaan industri kecil kerupuk yang bertumpu pada masyarakat, yang meliputi: (a) Pembinaan manajemen, penyuluhan manajemen yang diberikan adalah dalam aspek manajemen keuangan berupa pembinaan buku kas sederhana, materi yang pernah diberikan meliputu: membuat laporan keluar masuk keuangan, membuat viii buku kas kecil, kas besar,dan menghitung rugi laba. akan tetapi penyuluhan ini tidak dapat dilakukan setiap tahunnya karena ada progres yag berbeda dari Dinkoperindag dan ESDM untuk industri kecil lainnya. (b) Bantuan alat produksi, usaha yang dilakukan oleh dinkoperindag dan ESDM adalah dengan memberikan bantuan alat penunjang produksi. Yang bertujuan agar pengusaha industri kecil kerupuk ikan di Desa Kedungrejo memiliki sarana usaha yang lebih baik guna meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kualitas produk. Akan tetapi bantuan alat produksi ini bersifat hiba dan jumlahnya terbatas dikarenakan terbatasnya dana. (c) bantuan pemasaran produk, peranan Dinkoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo sebagai usaha pemberdayaan industri kecil yaitu dengan mengikutsertakan para pengusaha kerupuk untuk mengikuti pameran baik di tingkat lokal maupun di tingkat regional serta bantuan promosi melalui media televisi (JTV dan SBO), serta internet dari website pemerintah kabupaten sidoarjo. Faktor penghambat pemberdayaan industri kecil kerupuk yang terdiri dari: (a) keterbatasan modal, karena modal yang digunakan pengusaha kerupuk adalah modal sendiri. (b) belum tertanamnya kemitraan dari pengusaha besar terhadap para pengusaha industri kecil. Hal ini terlihat dengan belum adanya pengusaha besar yang bermitra seperti pertokoahan Mitra dan Tanjung dengan industri kecil kerupuk di Kedungrejo, dan (c) lemahnya peran kelembagaan, tidak aktifnya lembaga lokal Kelompok Usaha Bersama “Setia Abadi” sebagai wadah atau organisasi bagi pengusaha kerupuk menyebabkan para pengusaha kerupuk berusaha secara individual dalam mengembangkan usahanya. Selain faktor penghambat pemberdayaan industi kecil adapula faktor pendukung yang meliputi: (a) letak lokasi yang strategis, lokasi industri kecil kerupuk Desa Kedungrejo ini berada pada jalur SIBORIAN yang merupakan merupakan kawasan industri dan perdagangan yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. (b) Kualitas produk yang sudah dikenal oleh masyarakat, dengan melihat pemasaran hasil produksi kerupuk yang sudah memiliki jaringan yang cukup luas baik kota-kota di Jawa Timur maupun di luar Jawa seperti di Kalimantan, dan (c) dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terhadap industri kerupuk yang memberikan fasilitas untuk memperoleh izin usaha bagi para pengusaha kerupuk yang berdampak pada meningkatnya omzet produksi karena meningkatnya keyakinan para konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut. Serta bantuan modal kredit usaha bagi industri kecil melalui bank Jatim dengan bunga rendah, meskipun belum ada sosialisasi lebih lanjut guna mendapatkan bantuan modal usaha dari bidang fasilitasi pelayanan Dinkoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya peran Dinkoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo sebagai usaha pemberdayaan industri kecil kerupuk yang bertumpu pada masyarakat bersifat kurang berkelanjutan serta dalam usaha pemberdayaan hanya di khsuskan pada tingkat perkembangan produktivitas produk usahanya saja.