Rasionalisasi Jaringan Pos Stasiun Hujan Pada Sub Das Widas Kabupaten Nganjuk Menggunakan Metode Kagan-Rodda Dan Kriging Dengan Mempertimbangkan Aspek Topografi
Main Author: | Putri, Fisabella Rilamsari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11490/ |
Daftar Isi:
- Hidrologi merupakan parameter yang berpengaruh pada proses tersebut yaitu hujan. Untuk mengetahui besarnya hujan maka diperlukan jaringan pengukuran hujan yang nantinya akan memberikan besarnya takaran / jumlah hujan yang jatuh di Daerah Aliran Sungai (DAS). Topografi pada DAS dapat memberikan pengaruh pada aliran permukaan DAS dan Sub DAS. Sub DAS dengan kemiringan curam akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Sub DAS yang landai. Kerapatan jaringan stasiun hujan dapat dinyatakan sebagai luas Sub DAS yang diwakili oleh satu stasiun hujan. Sedangkan pola penyebaran stasiun hujan menyatakan lokasi penempatan stasiun hujan dalam Sub DAS. Secara teoritis, semakin tinggi kerapatan stasiun hujan yang digunakan maka akan semakin tinggi pula ketelitian data yang diperoleh. Studi ini menggunakan metode Kagan-Rodda dan Kriging dalam menentukan jumlah stasiun hujan dan pola sebaran stasiun hujan. Analisa akhir dalam studi ini ialah mencoba menemukan keterkaitan antar jaringan stasiun hujan terhadap faktor topografi yaitu jarak, elevasi, dan slope. Keterkaitan yang dimaksud adalah hubungan antara faktor topografi terhadap hujan yang turun, serta hubungan diantara parameter topografi tersebut. Hasil analisa rasionalisasi stasiun hujan menggunakan data curah hujan kumulatif tahunan dari metode Polygon Thiessen, didapatkan jumlah ideal stasiun hujan standar WMO adalah 15 stasiun hujan, namun untuk metode Kagan-Rodda didapatkan hanya 11 stasiun hujan dikarenakan 2 stasiun hujan tidak lolos uji statistika data dan 2 stasiun hujan lainnya memiliki lokasi yang bersinggungan. Berdasarkan metode Kriging didapatkan jumlah ideal stasiun hujan yaitu 35 stasiun hujan. Untuk hasil metode Kagan-Rodda, faktor topografi (jarak, elevasi, dan slope) memiliki hubungan antar parameter topografi paling kuat yaitu parameter elevasi terhadap jarak dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,664. Sedangkan untuk hubungan topografi berdasarkan curah hujan dengan parameter topografi yaitu slope memiliki hubungan yang kecil dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,557. Dan untuk hasil metode Kriging memiliki hubungan topografi yang cukup kecil antar parameter topografi yaitu parameter elevasi terhadap jarak dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,508. Dari hasil analisa hubungan aspek topografi dengan sebaran stasiun hujan, maka metode yang dapat dipertimbangkan untuk rasionalisasi stasiun hujan yaitu metode Kagan-Rodda karena hasil analisa hubungan aspek topografi memiliki nilai korelasi yang cukup kuat dibandingkan dengan metode Kriging.