Manajemen Risiko Proses Produksi Teh Hitam Menggunakan Metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PTPN IX Kebun Jolotigo, Pekalongan, Jawa Tengah
Main Author: | Manik, Christian Bona |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11435/1/BAGIAN%20DEPAN.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/2/BAB%20I.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/3/BAB%20II.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/4/BAB%20III.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/5/BAB%20IV.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/6/BAB%20V.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/7/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/11435/ |
Daftar Isi:
- Salah satu Perusahaan agroindustri di Indonesia adalah PT. Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) Kebun Jolotigo. Produk yang diproduksi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Jolotigo adalah teh hitam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan risiko utama dan strategi mitigasi risiko proses produksi teh hitam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fuzzy FMEA dan fuzzy AHP. Penelitian ini menggunakan 3 responden ahli yang terdiri dari mandor besar, koordinator produksi, dan asisten teknik dan pengolahan. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Jolotigo memiliki 14 risiko proses produksi teh hitam. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan fuzzy FMEA, didapatkan risiko tertinggi yaitu risiko kemasan teh yang menggelembung pada saat proses pengemasan dengan nilai FRPN 5.12. Berdasarkan kepada 14 risiko proses produksi teh hitam dilakukan pengolahan data lanjutan dengan menggunakan fuzzy AHP untuk menentukan alternatif strategi mitigasi risiko untuk saran perbaikan. Dari ketiga kriteria, kriteria mesin memiliki nilai tertinggi dengan nilai 0.508. Alternatif yang memiliki nilai tertinggi dari kriteria manusia adalah menerapkan sistem reward dan punishment kepada tenaga kerja dengan nilai 0.386. Alternatif yang memiliki nilai tertinggi dari kriteria mesin adalah melakukan inspeksi dan perawatan secara berkala dengan nilai 0.505 dan dari kriteria material, alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah perbaikan penanganan bahan baku dengan nilai 0.373.