Pengaruh Teknik-teknik Manajemen Konflik terhadap Motivasi Kerja Karyawan Studi pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan (APJ) Malang distribusi Jawa Timur

Main Author: SiskaMeilina
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/113428/1/050702742.pdf
http://repository.ub.ac.id/113428/
Daftar Isi:
  • Keberadaan konflik pada suatu perusahaan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, tidak terkecuali pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan (APJ) Malang distribusi Jawa Timur. Konflik itu sendiri dapat berakibat positif dan negatif bagi kelangsungan perusahaan. Sebagai satu-satunya instansi yang memberikan pelayanan jasa penerangan PT. PLN (Persero) harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. Untuk itu, perusahaan perlu melaksanakan manajemen konflik agar tidak berakibat buruk terhadap motivasi kerja karyawan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya pengeruh antara variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) terhadap Motivasi Kerja Karyawan yang dilakukan melalui penyebaran kuisioner pada karyawan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Malang distribusi Jawa Timur serta mengetahui variabel independen mana yang dominan. Dari pengujian analisis regresi linier berganda, terbukti bahwa secara simultan variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung yaitu 24.170 lebih besar dari F tabel yaitu 3.182 dengan probabilitas Sign.F 0.000 lebih kecil dari 0.05 dapat diinterpretasikan bahwa variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan variabel perangsang (stimulasi) konflik (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel motivasi kerja karyawan (Y). Secara parsial variabel pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan variabel perangsang (stimulasi) konflik (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel motivasi kerja karyawan (Y). Pada variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) t hitung sebesar 2.954 dan t tabel sebesar 2.008 yang berarti t hitung > dari t tabel (2.954 > 2.008). Sedangkan variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) t hitung sebesar 2.638 lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2.008 (t hitung > t hitung ). Variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) memiliki nilai koefisien beta lebih besar yaitu sebesar 0.413 sedangkan variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) sebesar 0.369 (0.413 > 0.369). Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) memiliki pengaruh yang paling dominan dari pada variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2). Hasil analisis korelasi diperoleh nilai R 2 = 0.512. Angka ini menunjukkan bahwa perubahan variabel motivasi kerja karyawan (Y) akan dijelaskan oleh ke 2 variabel independen yaitu variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) sebesar 51.2% sedangkan sisanya sebesar 48.8% dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini. R = 0.716 artinya pengaruh antara variabel teknik pemecahan (resolusi) konflik (X1) dan variabel teknik perangsang (stimulasi) konflik (X2) terhadap variabel motivasi kerja karyawan adalah cukup kuat.