Analisis Risiko Rantai Pasok Produk Benih Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Menggunakan Fuzzy FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) dan AHP (Analytical Hierarchy Process) (Studi Kasus CV. Aura Seed Indonesia di Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri)
Main Author: | Rosanty, Risci Imandela |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11341/ |
Daftar Isi:
- CV. Aura Seed Indonesia adalah salah satu perusahaan penghasil benih buncis berkualitas. Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok produk benih buncis adalah petani buncis (supplier) dan CV. Aura Seed Indonesia (manufaktur). Risiko yang teridentifikasi dari pihak petani yaitu keterlambatan pasokan benih, benih tidak sesuai standar, kerusakan selama proses tanam, kenaikan harga pupuk dan pestisida, jumlah hasil panen buncis yang fluktuatif, adanya pesaing dari petani daerah lain, kerusakan selama penanganan pasca panen, dan permintaan buncis yang fluktuatif dari perusahaan. Risiko yang teridentifikasi dari pihak perusahaan yaitu kualitas buncis yang tidak sesuai dengan standar, keterlambatan pasokan buncis dari petani, buncis mengalami kehabisan persediaan, keterlambatan produksi benih buncis, hasil produksi buncis fluktuatif, kerusakan mesin dan peralatan selama proses produksi, dan buncis memiliki produk pesaing sejenis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menentukan risiko prioritas dan prioritas strategi untuk meminimumkan risiko pada rantai pasok benih buncis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai selesai di CV. Aura Seed Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Penelitian ini menggunakan 2 responden ahli dari petani dan 2 responden ahli dari perusahaan. Hasil perhitungan Fuzzy FMEA diperoleh risiko tertinggi pada pihak petani yaitu kenaikan harga pupuk dan pestisida sebesar 8,15 dan pada pihak perusahaan yaitu kerusakan mesin dan peralatan selama proses produksi sebesar 5,92. Strategi mitigasi dilakukan pada risiko prioritas yang memiliki nilai FRPN yang diatas rata-rata geometrik dari FRPN. Pada pihak petani terdapat 5 risiko priortias, dan pada pihak perusahaan terdapat 5 risiko prioritas dan risiko tersebut dilakukan pengolahan data dengan menggunakan AHP untuk menentukan alternatif strategi mitigasi risiko. Alternatif strategi pihak petani disusun berdasarkan 3 kriteria faktor yaitu proses budidaya, SDM/ tenaga kerja, dan produk (buncis). Faktor proses budidaya memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan nilai bobot 0,425 dan alternatif strategi paling baik untuk pihak petani adalah melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman, melakukan penyuluhan budidaya yang benar kepada buruh tani, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas buncis. Alternatif strategi pihak perusahaan disusun berdasarkan 3 kriteria faktor yaitu bahan baku, proses produksi, dan produk (benih buncis). Faktor bahan baku memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan nilai bobot yaitu 0,46 dan alternatif strategi paling baik untuk pihak perusahaan adalah menjaga kualitas buncis selama pengiriman, melakukan perawatan rutin terhadap mesin dan peralatan, serta meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar.