Perbanyakan Bibit Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia L.) Secara In Vitro

Main Author: Sari, Syintia Indah Puspita
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/11330/
Daftar Isi:
  • Bawang dayak (Eleutherine palmifolia L.) merupakan jenis tanaman yang dikategorikan dalam kelompok tanaman obat atau herbal. Tanaman bawang dayak telah lama dikenal masyarakat lokal sebagai obat berbagai jenis penyakit. Umbi bawang dayak mempunyai kandungan senyawa fitokimia seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan tannin yang dimanfaatkan sebagai obat herbal seperti kanker payudara, obat penurun darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes melitus), menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker usus dan mencegah stroke. Tanaman bawang dayak memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam skala industri. Namun dalam skala besar perbanyakan bawang dayak masih terbatas dalam penyediaan bibit. Oleh karena itu dibutuhkan upaya dalam perbanyakan bawang dayak dalam skala besar yaitu melalui teknik kultur jaringan. Zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk keberlangsungan kultur jaringan yakni auksin (NAA) dan sitokinin (BAP). Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan mendapatkan kombinasi konsentrasi NAA dan BAP yang tepat untuk perbanyakan eksplan bawang dayak secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus – November 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik, pH meter, magnetik stirer, pengaduk, autoclave, shaker, gelas ukur, petridish, scalpel, pinset, pipet tetes, pipet hisab, spatula, gelas erlenmeyer, gunting, lampu Burnsen, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), microwave, cawan petri, rak kultur, beaker glass, handsprayer, penggaris, botol kultur, oven, karet gelang, plastik, tisu, kompor, alat tulis dan kamera. Bahan yang digunakan meliputi eksplan tunas bawang dayak, komposisi media Murashige dan Skoog (MS), casein 0,08 g/L, zat pengatur tumbuh paclobutrazol, NAA dan BAP, tisu, alkohol 70 % dan 96 %, HCL 1 N, NaOH 1 N, clorox 15 %, agar 6,3 g, sukrosa 30 g, label, aquades, fungisida (blanlate) 5 g/l, bakterisida (streptomycin) 5 g/l , detergen, dan spiritus.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 4 ulangan. Faktor yang digunakan adalah kontrol; NAA 0,1 + BAP 0,5; NAA 0,2 + BAP 0,1; NAA 0,3 + BAP 1,5; NAA 0,4 + BAP 2 ; NAA 0,5 + BAP 2,5; sehingga terdapat 6 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 6 botol kultur dengan jumlah 1 eksplan dan sampel diambil sebanyak 4 botol per perlakuan. Pengamatan yang diamati meliputi saat muncul tunas, saat muncul akar, jumlah tunas, jumlah akar, tinggi eksplan, jumlah daun dan presentase eksplan hidup. Data jumlah akar dan jumlah daun di transformasi menggunakan transformasi akar [(x+0,5)]. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Apabila hasil uji diperoleh pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. ii Hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan dengan dengan konsentrasi auksin (NAA 0,1 ppm) dan sitokinin (BAP 0,5 ppm) mampu menunujukkan waktu muncul tunas paling cepat yaitu 21,57 hari setelah inokulasi. Sedangkan pada induksi tunas adalah media dengan perlakuan NAA 0,3 ppm dan BAP 1,5 ppm mampu menghasilkan jumlah tunas sebanyak 1,40