Penerapan Model Prediksi Altman (Z-Score) sebagai Alat untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan. Studi pada Kelompok Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEJ selama Tahun 2003-2005
Main Author: | RitaIndrayanti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2007
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/113261/1/050702263.pdf http://repository.ub.ac.id/113261/ |
Daftar Isi:
- Setiap perusahaan harus dapat melakukan antisipasi akan kemungkinan terjadinya kebangkrutan di masa mendatang, begitu juga dengan perusahaanperusahaan farmasi yang saat ini dihadapkan pada persaingan yang makin ketat serta tantangan-tantangan yang ada dalam industri ini. Kebangkrutan dapat diantisipasi salah satunya dengan menerapkan model prediksi Altman (Z-Score). Model prediksi yang dikembangkan oleh Altman ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, dan dari hasil analisis ini kemudian perusahaan diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu, yaitu sehat, rawan atau bangkrut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi keuangan serta klasifikasi kelompok perusahaan farmasi yang terdaftar di BEJ selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 berdasarkan model prediksi Altman (Z-Score. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di BEJ Pusat Informasi Pasar Modal Malang. Objek penelitian yang digunakan adalah 9 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEJ selama tahun 2003-2005. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode dokumentasi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2003-2005 menurut model prediksi Altman (Z-Score), terdapat lima perusahaan yang selalu berada dalam kondisi sehat, yaitu Darya-Varia Laboratoria Tbk; Kalbe Farma Tbk; Kimia Farma Tbk; Merck Tbk serta Tempo Scan Pacific Tbk. Sedangkan keempat perusahaan lainnya masih berada dalam kondisi yang belum stabil. Saran yang dijadikan pertimbangan bagi perusahaan terutama bagi perusahaan yang dikategorikan cenderung bangkrut dan rawan bangkrut yaitu dengan usaha penjadwalan kembali hutang perusahaan (restrukturisasi), meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya operasi (operating expenses), meningkatkan likuiditas serta melakukan merger antarperusahaan farmasi.