Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Harga Pokok Produksi Pada CV. Sultan Agung Craft Studi Kasus pada CV. Sultan Agung Craft Ponorogo.

Main Author: PratiwiEstiningtyas,
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/113242/1/050701937.pdf
http://repository.ub.ac.id/113242/
Daftar Isi:
  • Banyak perusahaan mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode konvensional atau Akuntansi Biaya Tradisional (ABT). Dalam metode ini hanya penggerak aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit ( unit—level activity drivers ) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi,kondisi ini menyebabkan informasi biaya yang dihasilkan untuk manajemen menjadi kurang akurat. Hal ini terjadi juga pada CV. Sultan Agung Craft Ponorogo. Selama ini perusahaan menggunakan sistem Akuntansi Biaya Tradisional dalam membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan dasar alokasi unit yang diproduksi. Sehingga hasil perhitungan harga pokok produksi menjadi kurang akurat. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu dipertimbangkan penerapan metode lain untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ini secara akurat. Metode tersebut adalah Activity Based Costing System . Activity Based Costing System merupakan sistem akuntansi biaya berdasarkan aktivitas yang dapat menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan didasarkan keyakinan bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya (biaya), sehingga Activity Based Costing System dapat menginformasikan mengenai betapa besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap-tiap produk. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan pada manajemen perusahaan tentang adanya perbedaan perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem Akuntansi Biaya Tradisional (ABT) dan dengan ABC System , serta membantu manajemen perusahaan dalam menentukan biaya produk secara lebih akurat sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual secara tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif melalui pendekatan studi kasus mengenai perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem Akuntansi Biaya Tradisional (ABT) serta penerapan Activity Based Costing System untuk perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan, perbedaan perhitungan biaya produk antara kedua sistem tersebut. Dari analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa perhitungan biaya sistem ABC menunjukkan jumlah yang berbeda dibandingkan dengan hasil perhitungan biaya menggunakan sistem ABT. Dengan sistem ABC produk dengan volume produksi tinggi mengalami overcosting atau pembebanan biaya yang terlalu tinggi yaitu pada produk Folding Chair sebesar Rp. 25.123,92926 (9,26%), Folding Arm Chair sebesar Rp. 11.717,01776 (4,11%) dan untuk demikian juga dengan Coralia Folding Arm Chair, yaitu sebesar Rp. 18.042,21566 (7,12%). Untuk produk bervolume produksi rendah terjadi undercosting yaitu pada produk Oval Table sebesar Rp 96.430,42784 (13,05%) dan untuk produk Rectangular Table sebesar Rp. 146.551,0729 (17,26%). Overcosting dan undercosting tersebut terjadi karena perhitungan dengan menggunakan sistem ABT hanya menggunakan cost driver tunggal yaitu berdasarkan jumlah unit yang diproduksi dalam alokasi biaya overhead pabrik dengan asumsi bahwa overhead yang dikonsumsi oleh produk mempunyai korelasi tinggi dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Penggunaan ABC system sangat disarankan untuk perusahaan yang memproduksi lebih dari 2 produk dengan mengkonsumsi aktivitas overhead yang berbeda-beda seperti pada CV. Sultan Agung Craft yang menjadi obyek penelitian dalam skripsi ini. Dengan menggunakan ABC system ini diharapkan dapat menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dan relevan, serta menunjukkan bahwa setiap biaya yang melekat pada produk merupakan biaya yang benar-benar dikonsumsi oleh produk.