Keputusan Perusahaan Waralaba Lokal Dalam Menentukan Strategi Pemasaran Dengan Metode Proses Hierarki Analitik Studi Pada Bakso Kota Cak Man Malang Sebagai Franchisor

Main Author: RitaAgustin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/113228/1/050701854.pdf
http://repository.ub.ac.id/113228/
Daftar Isi:
  • Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia terhadap munculnya peluang usaha waralaba sangat besar. Salah satu perusahaan yang mewaralabakan usahanya dan mampu eksis sampai saat ini adalah Bakso Kota Cak Man. Seperti bisnis pada umumnya, untuk menjalani bisnis waralaba diperlukan kepekaan terhadap pengembangan usaha, terlebih dengan timbulnya persaingan yang ketat antar pelaku bisnis waralaba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan eksternal bagi Bakso Kota Cak Man Malang sebagai franchisor, serta merumuskan alternatif strategi pemasaran yang diprioritaskan bagi Bakso Kota Cak Man. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Bakso Kota Cak Man yang berada di Jl. WR. Supratman kav 14, Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisis SWOT dan Proses Hierarki Analitik (PHA). Melalui analisis SWOT dapat diketahui faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang adalah Animo masyarakat yang tinggi terhadap bakso, meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat, perilaku masyarakat yang suka makan diluar rumah, dan mudahnya mendapatkan kemasan untuk makanan. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi ancaman adalah banyaknya bakso pesaing yang diwaralabakan, beredarnya isu negatif tentang penggunaan bahan kimia berbahaya dalam pembuatan bakso, keterbatasan pasokan daging segar dan kulit pangsit, bertambahnya pesaing bakso yang sejenis, serta kenaikan harga BBM. Faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan adalah produk yang dihasilkan tanpa bahan pengawet dan pengenyal, kemampuan dalam membuat variasi produk, memiliki preferensi rasa produk yang disukai konsumen, mempunyai sertifikat halal, harga relatif lebih murah, memiliki website di internet, merek dikenal masyarakat, merek dagang sudah dipatenkan, dan lokasi outlet yang strategis dengan penampilan yang menarik. Faktor lingkungan internal yang menjadi kelemahan adalah tidak tersedianya produk “carried out” yang dapat dinikmati dimana saja, harga tidak selalu sama di setiap outlet, belum adanya anggaran khusus untuk promosi, keterbatasan dana untuk membuka outlet baru, dan dana untuk pengembangan outlet tergantung investor. Melalui analisis sistem menggunakan PHA diperoleh prioritas kepentingan strategi pemasaran dimana strategi produk menempati urutan pertama dengan nilai bobot 0,475. Prioritas strategi pada perspektif strategi produk adalah diferensiasi produk dengan nilai bobot 0,511. Prioritas strategi pada perspektif strategi penetapan harga adalah strategi mempertahankan harga dengan nilai bobot 0,875. Pada strategi distribusi , penggunaan sistem waralaba mendapat prioritas utama dengan bobot 0,667. Promosi dari mulut ke mulut menempati prioritas utama dengan nilai 0,738 dalam strategi promosi. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah pihak Manajemen dapat meningkatkan kegiatan promosi dengan memanfaatkan berbagai media yang ada, selalu melakukan evaluasi terhadap strategi penetapan harga supaya harga produk yang ditawarkan dapat terjangkau oleh masyarakat, selalu menjaga penampilan outlet agar menarik konsumen dan menyeragamkan model serta interior seluruh outlet sehingga konsumen dapat mengenali outlet-outlet Bakso Kota Cak Man yang ada di berbagai kota di Indonesia dengan mudah.