Uji Daya Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Berpolong Kuning Pada Generasi F7 Di Dataran Medium
Main Author: | Tustika, Selvi Clara |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11222/1/SELVI%20CLARA%20TUSTIKA.pdf http://repository.ub.ac.id/11222/ |
Daftar Isi:
- Buncis (Phaseolus vulgaris L.) ialah tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kandungan buncis yang sangat beragam menjadikan buncis sebagai sumber protein. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia produksi buncis di Indonesia saat ini mengalami penurunan. Dari Tahun 2012 produksinya 322,145 ton, Tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 327,378 ton, Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 318,214 ton dan pada Tahun 2015 mengalami penurunan kembali menjadi 291,314 ton. Hal ini tidak sebanding dengan permintaan pasar akan buncis yang semakin meningkat. Untuk menekan nilai impor sayuran buncis, maka perlu adanya suatu peningkatan produksi dalam negeri, salah satunya dengan perakitan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Persilangan antara varietas introduksi (Cherokee Sun) dengan varietas lokal (Mantili, Gilik Ijo dan Gogo Kuning) dilakukan untuk merakit varietas unggul baru sebagai pembentukan populasi dasar buncis berpolong kuning. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi hasil dari beberapa galur buncis berpolong kuning generasi F7 di dataran medium serta mengetahui nilai keragaman dan heritabilitas galur tersebut. Sedangkan hipotesis yang diajukan ialah terdapat galur buncis generasi F7 berpolong kuning yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari varietas pembanding pada dataran medium dan memiliki nilai keragaman rendah serta nilai heritabilitas tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada bulan April sampai Juli 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah cangkul, ajir bambu, mulsa plastik hitam perak (MPHP), kertas label, papan label, tali raffia, meteran, gembor, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, RHS colour chart, kamera serta alat tulis. Bahan tanam yang digunakan ialah 2 galur buncis generasi F7 yaitu CSxGK 50-0-24 dan CSxGI 63-0-24, tetua buncis yaitu Cherokee Sun serta 1 varietas pembanding yaitu varietas Lebat 3. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 genotipee buncis dengan 4 kali ulangan, sehingga terdapat 16 satuan percobaan. Pengamatan terdiri dari pengamatan karakter kuantitaif dan kualitatif. Karakter kuantitatif meliputi panjang tanaman (cm), jumlah daun (helai), umur awal berbunga (HST), umur panen segar (HST), jumlah klaster per tanaman, jumlah polong per klaster, jumlah polong per tanaman, panjang polong (cm), diameter polong (cm), bobot per polong (g), bobot polong segar per tanaman (g), jumlah biji per polong dan hasil per hektar (ton ha-1). Sedangkan karakter kualitatif meliputi tipe tumbuh, warna standar bunga, warna polong muda, warna utama biji dan derajat kelengkungan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan uji F pada taraf 5%, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilakukan uji lanjut ii menggunakan uji DMRT. Setelah itu dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman serta heritabilitas. Berdasarkan hasil dari penelitian, didapatkan potensi hasil dari galur buncis generasi F7 (CS x GK 50-0-24 dan CS x GI 63-0-24) lebih rendah dari varietas pembanding yaitu Lebat 3. Pada karakter kualitatif genotipee CS x GK 50-0-24 menunjukkan keragaman yaitu pada tipe pertumbuhan, warna standar bunga dan derajat kelengkungan. Genotipee CS x GI 63-0-24 juga menunjukkan keragaman yaitu pada warna standar bunga, warna polong muda, warna utama biji dan derajat kelengkungan. Nilai KKG dan KKF pada genotipee CS x GK 50-0-24 dan CS x GI 63-0-24 menunjukkan dalam kategori rendah pada semua karakter kecuali karakter jumlah klaster per tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot polong per tanaman. Nilai heritabilitas pada CS x GK 50-0-24 dan CS x GI 63-0-24 menunjukkan dalam kategori tinggi pada semua karakter, kecuali pada karakter jumlah polong per klaster yang memiliki nilai heritabilitas sedang.