Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Terhadap Pemangkasan Pucuk
Main Author: | Mariana, Wanda |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11180/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk dengan tingkat konsumsi kedelai yang sangat tinggi dan berjalan lurus dengan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk. Pada tahun 2016 dan 2017 produksi kedelai didalam negeri mengalami penurunan dimana pada tahun 2016 produksi hanya mencapai 816.670 ton dan pada tahun 2017 sebesar 641.408 ton. Dengan konsumsi masyarakat pada tahun 2017 yang terdiri dari konsumsi langsung 2.286.308 ton, kebutuhan benih 29.280, kebutuhan pakan 2.296 ton, dan industri non makanan sebesar 248.110 ton, makan pada tahun 2017 Indonesia masih mengalami kekurangan penyedian kedelai. Sehingga Indonesia masih membutuhkan impor kedelai sebesar 2.526.992 ton kedelai (Setjen Pertanian, 2017). Perlakuan tindakan pemangkasan pada pucuk dilakukan sebagai upaya pengurangan persaingan diantara tunas apikal dengan tunas lateral di ketiak daun, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dimana dengan asumsi bahwa pemangkasan dapat menghilangan dominansi apikal yang terdapat pada ujung batang akibatnya dapat merangsang pembentukan cabang, sehingga dengan meningkatnya jumlah cabang dapat mendukung peningkatan jumlah buku subur dan bunga sehingga polong kedelai yang terbentuk menjadi lebih banyak. Akan tetapi berdasarkan penelitian sebelumnya, setiap varietas memberikan hasil terbaik berdasarkan fase pemangkasan yang tepat, sehingga dapat diasumsikan bahwa fase pemangkasan pucuk pada setiap varietas berbeda, perlu diperhatikan dan ditentukan waktu pemangkasan yang tepat pada penggunaan varietas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juni 2017 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, gunting, meteran rol, penggaris, gembor, tugal, papan nama, amplop, light meter, tali, timbangan analitik, hygrometer dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai yang terdiri dari tiga varietas yaitu UB 2, Argomulyo, dan Tanggamus, pupuk Urea (46% N) sebanyak 50 kg ha-1, SP-36 (36% P2O5) sebanyak 75 kg ha-1 dan KCl (60% K2O5) sebanyak 75 kg ha-1 serta pestisida untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan. P1 : Galur UB-2 tanpa pemangkasan; P2 : Galur UB-2 yang dipangkas pucuk setelah fase V2; P3 : Galur UB-2 yang dipangkas pucuk setelah fase V3; P4 : Varietas Argomulyo tanpa pemangkasan; P5 : Varietas Argomulyo yang dipangkas pucuk setelah fase V2; P6 : Varietas Argomulyo yang dipangkas pucuk setelah fase V3; P7 : Varietas Tanggamus tanpa pemangkasan; P8 : Varietas Tanggamus yang dipangkas pucuk setelah fase V2; P9 : Varietas Tanggamus yang dipangkas pucuk setelah fase V3. Parameter terdiri dari parameter pertumbuhan dan hasil. Parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah bunga, berat basah dan berat kering tanaman. Sedangkan parameter hasil meliputi bobot 100 biji, berat biji pertanaman, jumlah biji pertanaman, jumlah polong isi. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Pemangkasan pucuk papda tanaman kedelai memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, buku subur, jumlah bunga, jumlah cabang, berat 100 biji, berat biji pertanaman, jumlah biji, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan hasil ton per hektar. Sedangkan tidak nyata pada variabel bobot segar dan bobot kering tanaman. Variabel tinggi tanaman, pemangkasan pucuk menyebabkan penurunan tinggi tanaman dibandingkan dengan yang tidak dipangkas pucuk. Pemangkasan pucuk pada Galur UB-2, Varietas Argomulyo, dan Tanggamus tidak mampu memberikan pengaruh terhadap seluruh komponen hasil. Peningkatan hasil bukan disebabkan oleh pemberian pemangkasan pucuk, akan tetapi berasal dari sifat genetik dari masing – masing Galur dan Varietas yang digunakan.