Analisis Efisiensi Teknis Faktor Produksi Usahatani Jagung Menggunakan Stochastic Frontier Analysis (Sfa) Di Kabupaten Kediri
Main Author: | Fathurachman, Bima |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/11166/ |
Daftar Isi:
- Permintaan jagung nasional mengalami peningkatan pertahun rata-rata sebesar 3,58 persen, sejalan dengan peningkatan industri ternak dan pengetahuan masyarakat akan kebutuhan protein hewani. Produksi jagung juga turut meningkat sebesar 5,80 persen pertahun, peningkatan produksi ini salah satunya terjadi karena kenaikan produktivitas pada tahun 2016 sebesar 6,68 persen dari tahun 2014. Produktivitas jagung nasional pada tahun 2014 sebesar 49,54 kui/ha, namun nilai ini masih berada dibawah angka produktivitas jagung dunia yang mencapai angka 56,44 kuintal/hektar. Berdasarkan regional wilayah, provinsi dengan produksi jagung terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur sebanyak 6,131 juta ton yang menyumbang sebesar 31,26 persen dari total produksi jagung di Indonesia tahun 2015. Produktivitas provinsi ini tahun 2015 memiliki angka produktivitas yang jauh lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat, yang mana provinsi ini memiliki produktivitas jagung tertinggi di Indonesia sebesar 75,69 kui/ha, sedangkan Jawa Timur hanya mencapai angka 50,52 kui/ha. Perbedaan produktivitas diantara kedua provinsi ini menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki potensi peningkatan produktivitas, juga mengindikasikan adanya penggunaan input produksi yang belum efisien di wilayah Jawa Timur. Beberapa wilayah kabupaten yang termasuk dalam sentra produksi jagung di wilayah Jawa Timur antara lain Tuban, Jember, Sumenep dan Kediri. Wilayah Kabupaten Kediri yang memberikan kontribusi produksi jagung terbesar yaitu Kecamatan Plemahan sebanyak 8,95 persen, dengan salah satu desa penyumbang produksi jagung terbesar di Kecamatan ini yaitu Desa Payaman. Mayoritas petani di desa ini melakukan usahatani dengan musim tanam padijagung- jagung. Kesamaan musim tanam yang dilakukan petani tidak menjamin perolehan produksi jagung yang sama, rentang perolehan produksi yang dihasilkan petani mulai dari 5,6 ton/ha hingga 12,5 ton/ha. Perbedaan yang begitu signifikan mengindikasikan adanya penggunaan input produksi yang belum efisien ditingkat petani. Pengalokasian penggunaan input produksi yang tersedia belum diterapkan oleh petani dengan baik untuk menghasilkan produksi jagung yang optimal. Pengaruh perbedaan kuantitas faktor produksi dapat menyebabkan peluang hasil produksi yang diterima petani berbeda-beda pula. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi jagung, 2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung, 3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis usahatani jagung. Sebanyak 65 orang responden dipilih untuk dijadikan sampel dari keseluruhan anggota kelompok tani aktif. Metode analisis yang digunakan untuk viii mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan tingkat efisiensi yang dicapai pada masing-masing responden, dilakukan dengan analisis fungsi produksi translog stochastic frontier dengan menggunakan bantuan software frontier 4.1. Analisis pada tujuan ketiga menggunakan analisis fungsi translog tobit dengan bantuan software stata. Berdasarkan hasil analisis, faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jagung yaitu benih, tenaga kerja, dan pupuk, sedangkan faktor produksi pestisida tidak terlihat berpengaruh secara signifikan. Nilai efisiensi teknis usahatani jagung di Desa Payaman termasuk cukup efisien dengan nilai rata-rata sebesar 0,842. Mayoritas petani di wilayah ini termasuk dalam kelompok cukup efisien sebanyak 84,62 persen, dengan sebaran tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani yaitu antara 0,999 dan 0,533. Faktor sosial yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi teknis adalah umur, pendidikan, tanggungan keluarga dan pekerjaan utama, sedangkan faktor sosial status kepemilikan lahan tidak berpengaruh secara signifikan.