Pengaruh Imbangan Jantan-Betina Dan Umur Induk Terhadap Kualitas Eksternal-Internal Telur Dan Kematian Embrio Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica)
Main Author: | Nuzula, Firdausi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/10987/ |
Daftar Isi:
- Keberhasilan usaha peternakan terutama burung puyuh ditentukan oleh faktor bibit, pakan dan manajemen. Faktor bibit dipengaruhi oleh genetik burung puyuh. salah satu upaya untuk mendapatkan bibit yang unggul adalah dengan melakukan perkawinan antara buruh puyuh jantan dan betina. Telur hasil perkawinan ditetaskan untuk mendapatkan Day Old Quail (DOQ). Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan DOQ yang berkualitas adalah imbangan jantan-betina yang tepat. Imbangan jantan-betina yang berbeda tidak menutup kemungkinan mempunyai respon yang berbeda terhadap penggunaan umur induk yang berbeda. Penelitian dilaksanakan selama bulan Oktober sampai Desember 2017 di Peternakan milik Bapak Syamsul Hadi di Dusun Bunder RT.18 RW.06, Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Penetasan telur burung puyuh dilakukan di rumah Bapak Arifin yang beralamatkan di Jalan Trunojoyo no. 110 RT. 03 RW.10 Dusun Rejoso Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh imbangan jantan-betina yang berbeda dan umur induk yang berbeda terhadap kualitas eksternal telur (bobot telur, indeks telur dan tebal kerabang), kualitas internal (haught unit dan indeks kuning telur) dan kematian embrio serta adanya interaksi antara keduanya. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai kajian informasi mengenai imbangan jantan-betina dan umur induk . Materi penelitian yang digunakan yaitu burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) sebanyak 144 ekor. Burung puyuh pejantan sebanyak 24 ekor dengan umur 50 hari dengan Koefisien Keragaman (KK) 4,9% , umur betina yang digunakan terdiri dari umur induk 42-91 hari sebanyak 60 ekor dengan KK 6,95% dan 92-141 hari sebanyak 60 ekor dengan KK 7,36%. Kandang yang digunakan sebanyak 24 unit dan masing-masing diisi 4,6, dan 8 ekor. Mesin tetas yang digunakan jenis still air machine dengan kapasitas 700 butir telur puyuh. Metode penelitian adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (2x3). Faktor pertama adalah imbangan jantan-betina (A), 1:3 (A1), 1:5 (A2) dan 1:7 (A3). Faktor kedua adalah umur induk (B) terdiri dari B1 (umur induk 42-91 hari) dan B2 (umur induk 92-141 hari). Sehingga diperoleh 6 kombinasi dengan 4 ulangan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan apabila terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan jantan-betina memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot telur, indeks telur, tebal kerabang, haugt unit, dan indeks kuning telur. Rataan bobot telur sebesar 11,23±1,08 g/butir sampai 11,50±0,71 g/butir, indeks telur sebesar 77,97±3,24% sampai 79,42±2,80%, tebal kerabang yaitu 0,20 mm, haught unit sekitar 57,47±0,86 sampai 58,44±1,71, dan indeks kuning telur burung puyuh sekitar 0,41±0,015 mm sampai 0,43±0,026 mm, namun memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kematian embrio dengan rataan 13,91±3,80% sampai 26,18±2,78%. Perlakuan umur induk memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot telur dengan rataan B1 (10,75±0,55g/butir) dan B2 (11,96±0,44), tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap indeks telur, tebal kerabang, haught unit, indeks kuning telur dan kematian embrio. Rataan indeks telur sebesar B1 (79,84±2,20%) dan B2 (77,72±3,25%), tebal kerabang sebesar B1 (0,19±0,01mm) dan B2 (0,20±0,01mm), haught unit sebesar B1 (57,80±0,73) dan B2 (58,02±1,53), indeks kuning telur sebesar B1 (0,41±0,02mm) dan B2 (0,43±0,03mm) serta kematian embrio sebesar B1 (20,16±5,80%) dan B2 (18,27±6,79%). Interaksi imbangan jantan-betina dan umur induk tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot telur, indeks telur, tebal kerabang, haught unit, indeks kuning telur, dan kematian embrio burung puyuh. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa imbangan jantan betina 1:3 dengan umur induk 92-141 hari mampu memberikan kualitas eksternal-internal telur dan kematian embrio burung puyuh terbaik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan imbangan jantan-betina 1:3 dengan umur induk 92-141 hari.