Produksi Gas, Bahan Kering Dan Bahan Organik Terdegradasi Pada Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Di Bawah Naungan Hutan Pinus Dengan Dosis Pupuk Berbeda

Main Author: -, Subandi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10911/
Daftar Isi:
  • Usaha peternakan ruminansia merupakan usaha penghasil protein hewani, pengembangan peternakan Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan protein hewani. Upaya pengembangan ternak ruminansia perlu di iringi dengan pengembangan hijauan sebagai pakan utama ternak ruminansia. Sumber utama hijauan pakan adalah berasal dari rumput. Salah satu adalah rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Kualitas nutrisi hijauan pakan ternak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanahnya. Pemupukan NPK merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh level pemberian pupuk NPK pada rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang ditanam dibawah naungan hutan Pinus terhadap kualitas hijauan melalui uji produksi gas, dan persentase Bahan Kering (BK) serta Bahan Organik (BO) yang terdegradasi pada inkubasi in vitro. Penelitian dilaksankan selama 5 bulan, pada Desember 2016 hingga April 2017 di Hutan Pendidikan Universitas Brawijaya, sedangkan uji in vitro di laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya viii Malang. Bibit rumput odot didapat dari daerah sumbersekar dan pupuk NPK di dapat dari toko pertanian Kota Batu. Stek ditanam dengan kemiringan 45 ̊C dengan kedalaman 15 cm dari permukaan tanah. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 40 x 40 cm dan pemupukan sebanyak tiga kali yaitu pada umur 14 hari, 24 hari dan 34 hari sebelum pemupukan dilakukan triming. Umur panen 90 hari setelah triming dengan pemotongan 10 cm dari permukaan tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu P0 (rumput odot tanpa Pupuk NPK), P1 (Rumput odot dengan pupuk NPK 3 gr/stek), P2 (Rumput odot dengan pupuk NPK 6 gr/stek) dan P3 (Rumput odot dengan pupuk NPK 9 gr/stek) masing-masing 3 kali ulangan. Hasil perhitungan di olah menggunakan tabel Anova dan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan pengujian lanjutan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test). Variabel yang diamati meliputi produksi gas dan nilai persentase BK, BO yang terdegradasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk NPK cenderung dapat meningkatkan produksi gas total dan persentase BK, BO terdegradasi namun tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai tertinggi produktifitas gas pada P3 sebesar 85,909 ml/500 mg BK dengan penambahan kadar pupuk 9 gr/stek. Peningkatan produksi gas dari pengaruh penambahan pupuk diikuti pula dengan peningkatan persentase BK dan BO terdegradasi. Seperti yang disajikan pada tabel 4 untuk hasil produksi gas total, dan tabel 6 untuk nilai persentase BK, BO yang terdegradasi. Nilai BK terdegradasi tertinggi pada P3 45,7731% dan terendah 45,4062% yang diikuti P1 45,5597% dan P2 45,6237%. Sedangkan nilai persentase BO yang terdegradasi tertinggi pada P3 yaitu 56,0423% dan terendah ix pada P0 sebesar 54,0899%. Selain produksi gas, BK dan BO yang terdegradasi sebagai variabel pengamatannya nilai potensial produksi gas (nilai b), laju produksi gas (nilai c), Energi Metabolis (ME) dan Energi Netto (NE) terdapat suatu hubungan korelasi positif antara nilai c, ME, dan NE dengan nilai rasio daun. Adapun bentuk korelasi positif dapat di lihat dari nilainya yaitu nilai c terendah hingga tertinggi yaitu P3 : 0,0102 ml/jam , P0 : 0,0139 ml/jam, P2 : 0,0150 ml/jam dan P1 : 0,0154 ml/jam. Nilai ME terendah hingga tertingi adalah P3 : 3,8447 MJ/Kg BK, P0 : 4,6977 MJ/Kg BK, P2 : 4,9020 MJ/Kg BK dan P1 : 5,4743 MJ/Kg BK. Nilai NE terendah hingga tertinggi yaitu P3 : 1,7030 MJ/Kg BK, P0 : 1,7954 MJ/Kg BK, P2 : 1,8184 MJ/Kg BK dan P1 : 1,8802 MJ/Kg BK. Sedangkan nilai rasio daun terendah hingga tertinggi yaitu P3 : 51,31%, P0 : 55,65%, P2 : 61,68% dan P1 : 64,49%. Hal ini dapat dipahami karena selain daun memiliki tekstur lebih lembut juga kandungan nilai nutrisi lebih tinggi (Sirait dkk, 2007). Dalam hubungan korelasi tersebut nilai rasio daun mempengaruhi laju produksi gas karena nilai nutrisinya dan dari produksi gas mempengaruhi perhitungan nilai ME dan NE. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Dosis pupuk NPK yang berbeda pada tanaman rumput odot menghasilkan kualitas yang sama ditinjau dari produksi gas in vitro serta BK dan BO yang terdegradasi dan P0 lebih ekonomis Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian dosis pupuk NPK dengan periode panen yang berbeda agar mampu menunjukkan hasil penelitian yang lebih akurat.