Analisis Saluran Dan Marjin Pemasaran Telur Itik Di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto

Main Author: Nugroho, Catur
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10865/
Daftar Isi:
  • Pertumbuhan penduduk Indonesia menuntut terpenuhinya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani yang cenderung mengalami peningkatan. Pembangunan sektor peternakan itik diprioritaskan pada peningkatan populasi ternak untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur konsumsi, sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat diikuti dengan terpenuhinya konsumsi protein hewani bagi masyarakat. Minimnya kemampuan peternak dalam menangani hasil panen dan memasarkan produk hasil peternakannya, menyebabkan saluran pemasaran yang terbentuk menjadi panjang dan pada akhirnya konsumen bahkan peternak itu sendiri tidak diuntungkan. Salah satu faktor yang paling penting dalam saluran pemasaran adalah biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini sering kali dikenal dengan sebutan marjin pemasaran. Marjin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen ketika membeli v produk atau barang yang diperlukan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola saluran pemasaran telur itik konsumsi di Kecamatan Mojosari, mengetahui margin pemasaran telur itik serta menentukan pola saluran pemasaran yang paling efisien. Materi penelitian adalah responden peternak di Desa Modopuro yang ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan jumlah 15 peternak. Penentuan pedagang perantara sebagai responden dengan teknik snowball sampling. Jumlah responden pedagang yaitu 15 pedagang dengan rincian empat pedagang besar, enam pedagang menengah, dan lima pedagang kecil. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode survei. Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah efisiensi pemasaran melalui FGP (Farm Gate Price). Analisis data dilakukan dengan menentukan saluran pemasaran dan margin pemasaran serta efisensi pemasaran berdasarkan share biaya dan share keuntungan. Responden dalam penelitian ini meliputi empat kelompok, yaitu: kelompok peternak, pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang kecil. Peternak itik di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto rata-rata memliki jumlah populasi 500 ekor itik. Peternak itik berperan sebagai produsen dalam pendistribusian telur itik, baik telur tetas maupun telur konsumsi yang artinya semua harga yang nantinya akan terpatok dari peternak itik. Patokan harga yang diberikan kepada pengepul sampai dengan konsumen akhir meliputi pertimbangan pengeluaran biaya produksi meliputi biaya pakan, biaya pembelian itik dara, biaya obat dan vaksin, biaya untuk upah tenaga kerja, biaya pembelian sekam, biaya pembayaran listrik dan air, biaya kandang, sewa tanah dan gudang, biaya pembelian egg tray, timbangan dan peti atau keranjang. Profil pedagang besar dalam rentang satu bulan membeli telur konsumsi sekitar ±25.000 butir telur dan memiliki omzet Rp. 37.500.000,00 per bulan dari hasil vi penjualan telur itik konsumsi. Profil pedagang menengah mampu membeli telur itik sebanyak ± 3000 butir dan menghasilkan omzet rata-rata Rp. 5.021.167,00 dalam satu bulan. Profil dari pedagang kecil berdasarkan omzet dalam satu bulan sebesar Rp. 1.410.000,00 dari hasil menjual telur konsumsi kurang dari 1000 butir. Karakteristik responden penelitian digambarkan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan akhir, dan lama usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FGP telur itik di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Rp. 1.495,00. Kesimpulan dari makalah pemasaran telur itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto ada dua pola pemasaran yaitu Pola pemasaran tidak langsung level tiga sebagai berikut: peternak > pedagang besar > pedagang menengah > pedagang kecil > konsumen dengan persentase marjin sebesar 66,67%. Pola pemasaran tidak langsung level dua sebagai berikut peternak > pedagang besar > pedagang menengah > konsumen dengan persentase marjin sebesar 56,67%. Efisiensi pemasaran pada pola pemasaran tidak langsung level 2 karena EP < 1.