Kualitas Tanah Di Berbagai Sistem Agroforestri Kakao Persepsi Petani Kakao Di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara

Main Author: Rais, Muh. Alief
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10849/
Daftar Isi:
  • Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan penting perekenomian Indonesia, karena merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani tanaman tahunan indonesia. Provinsi Sulawesi Tenggara salah satu sentra dan wilayah potensial pengembang serta paling banyak ditanam oleh petani adalah tanaman kakao. Petani mempunyai pengetahuan mengelola lahannya yang diperoleh turun temurun dari nenek moyangnya, pada umumnya tidak terlalu banyak dihadapkan pada masalah di lapangan. Namun, adanya perubahan kondisi iklim, kondisi pasar dan kebijakan pemerintah menyebabkan masalah yang dihadapi petani semakin kompleks, sehingga pengetahuan lama yang telah dimilikinya menjadi kurang sesuai saat ini. Untuk itu diperlukan pengembangan pengetahuan baru yang selaras dengan kondisi iklim saat ini dan kondisi masyarakat lokal dan perlu dilakukan identifikasi pengetahuan ekologi lokal tentang kualitas tanah, indikator dan manajemennya yang diharapkan dapat di kombinasikan dengan pengetahuan ekologi modern sehingga dapat menunjang pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Konawe di Desa Wanuahoa dan Desa Lawonua. Penggalian data dilakukan dengan wawancara menggunakan metode Indepth Interview terhadap 30 petani (15 petani per desa) pemilik lahan kakao agroforestri dengan pengamatan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang dilakukan dengan pengambilan contoh di kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm. Hasil penelitian diperoleh bahwa petani mengetahui kualitas tanah dengan istilah “tanah subur“, dan menunjukkan 6 indikator yaitu warna tanah, organisme tanah, performa tanaman, kegemburan tanah, ada tidaknya batu/ krikil/pasir dan hasil panen. Secara PEM penentuan warna tanah menggunakan Munsell soil Colour Chart, warna tanah pada lahan kakao agroforestri kompleks rata-rata memiliki warna yang gelap rentang warna 10 YR 6/4 – 10 YR 3/2 (dull yellow orange - dark), pada lahan kakao agroforestri sederhana memiliki rentan warna dari 10 YR 5/8 – 10 YR 4/2 (brown – grayish yellow brown). Kascing pada lahan agroforestri kakao kompleks dan sederhana di Kabupaten Konawe memiliki berat kering rata-rata 1079,63 kg ha-1. Contoh tanah yang di peroleh memiliki BI rata-rata 1.19 g cm-3 sehigga dapat dikatakan bahwa tanah di Desa Lawounua dan Desa Wanuahoa termasuk dalam kategori tanah yang padat. Produktivitas tanaman kakao di Desa Lawonua menghasilkan biji kakao kering dengan berat rata-rata 277,5 kg ha-1th-1 dan di Desa Wanuahoa dapat menghasilkan biji kakao dengan berat kering rata-rata 190 kg ha-1th-1. Penurunan kualitas tanah di Kabupaten Konawe disebabkan oleh banyaknya biji kakao yang terangkut keluar lahan, selain itu juga di pengaruhi oleh berkurangnya pohon-pohon hutan yang merupakan sisa dari pembukaan lahan yang ditebang untuk keperluan petani. Hasil neraca hara menunujukkan masukan hara melalui pupuk organik, pupuk anorganik, kascing, serasah dan sisa panen mengalami surplus. Sehingga walaupun tanah di Kabupaten Konawe mengalami penurunan kualitas namun upaya petani tetap bisa menaggulanginya melalui teknik konservasi mereka.