Pengaruh Lama Dan Suhu Perebusan Dekok Daun Sirih Merah (Piper Crocatum.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Streptococcus Agalactiae Penyebab Mastitis
Main Author: | Teja, Taufiqurrahman |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/10847/ |
Daftar Isi:
- Mastitis adalah radang ambing dimana ambing pada ternak berwarna kemerahan. Infeksi mastitis pada ternak perah sebagian besar disebabkan bakteri yaitu Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus. Pencegahan mastitis yang biasa dilakukan di peternakan sapi perah yaitu dengan melakukan teat dipping. Umumnya peternak melakukan teat dipping menggunakan antiseptik kimia. Penggunaan larutan kima yaitu iodips pada pengobatan mastitis membawa residu pada produk yang dihasilkan peternak, sehingga perlu adanya antibakteri alami untuk menangani mastitis. Daun sirih merah mengandung fenol, yang memiliki peran sebagai racun bagi mikroba dengan menghambat aktivitas enzimnya. Katekol, pirogalol, quinon, eugenol, flavon dan flavonoid merupakan termasuk golongan fenol dan mempunyai kemampuan sebagai bahan antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat dekok daun sirih merah dengan lama perebusan 30 dan 60 menit pada suhu 40°C, 60°C dan 80°C terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae penyebab mastitis pada sapi perah. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017. Pembuatan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Pembiakan bakteri streptococcus agalactiae dan uji daya hambat bakteri tersebut dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. v Metode penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan menggunakan 6 perlakuan dan 6 ulangan. Lama dan suhu perebusan dekok daun sirih merah P1 (30 menit 40°C), P2 (30 menit 60°C), P3 (30 menit 80°C), P4 (60 menit 40°C), P5 (60 menit 60°C), P6 (60 menit 80°C). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cakram kertas untuk mengetahui daya hambat dengan analogi penentuan zona hambat. Penentuan diameter zona hambat dengan mengamati dan mengukur zona terang yang berada di bagian luar. Data yang di peroleh di analisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan uji BNT apabila terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama dan suhu perebusan dekok daun sirih merah memberikan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae. P3 memiliki nilai rata-rata zona hambat tertinggi pada pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus (5.43±1.11) mm, kemudian diikuti dengan P1 (5.03±1.32) mm, P2 (4.9±0.75) mm, P4 (4.71±1.17) mm, P5 (4.75±1.52) mm, dan P6 (5.33±1.43) mm. Sementara pada pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae tingkat daya hambat tertinggi terdapat pada P6 (5.3±0.82) mm, dan untuk P1 (4.56±0.95) mm, P2 (4.32±0.31) mm, P3 (4.74±0.88) mm, P4 (3.99±0.54) mm, and P5 (3.34±1.99) mm. Tingkat daya hambat pada semua perlakuan tergolong dalam kategori sedang, dan setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan antar perlakuannya. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa lama perebusan dekok daun sirih merah tidak berpengaruh terhadap daya hambat bakteri, sementara suhu perebusan dekok daun sirih merah menunjukkan hasil yang signifikan dalam mempengaruhi besarnya daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae. Daun sirih merah sebagai antiseptik pengganti yang mudah dijumpai dilingkungan sekitar rumah sebagai tanaman obat keluarga.