MORFOLOGI OOSIT KAMBING HASIL PEMBEKUAN LAMBAT DUA TAHAP DENGAN SUHU AKHIR -80oc PADA KONSENTRASI GLISEROL YANG BERBEDA

Main Author: Taklim, Nada Atika Rana
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10764/
Daftar Isi:
  • Pemotongan kambing betina produktif di rumah pemotongan hewan (RPH) menghasilkan limbah organ reproduksi betina, salah satunya ovarium. Pembekuan oosit metode lambat bertahap merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memanfaatkan ovarium dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Metode pembekuan oosit membutuhkan krioprotektan sebagai media yang akan menjaga sel dari kerusakan akibat terjadinya kristal es pada saat terjadi pembekuan, krioprotektan yang dapat digunakan salah satunya adalah gliserol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2017 di Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan morfologi oosit kambing pada konsentrasi krioprotektan gliserol yang berbeda. Metode penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0: gliserol 0%, P1: gliserol 3,5%, viii P2: gliserol 7%, dan P3: gliserol 10,5%. Variabel yang diukur meliputi kualitas dan morfologi oosit setelah dilakukan pembekuan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (Anova), jika terjadi perbedaan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan gliserol yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kualitas dan morfologi oosit setelah pembekuan, dengan rata-rata oosit kualitas A P0 (0±0)%, P1 (0±0)%, P2 (0±0)%, dan P3 (0±0)%. Rata-rata oosit kualitas B setelah pembekuan P0 (2,38±5,83)%, P1 (0±0)%, P2 (13,20±26,67)%, dan P3(8,89±14,40)%. Rata-rata oosit kualitas C P0 (88,81±22,86)%, P1 (73,59±39,23)%, P2 (48,99±33,25)%, dan P3 (66,55±32,73)%. Rata-rata oosit kualitas D P0 (8,81±17,15)%, P1 (26,41±39,23)%, P2 (37,82±39,11)%, dan P3 (24,56±31,71)%. Rata-rata morfologi oosit yang tidak lisis P0 (11,19±22,86)%, P1 (27,95±42,36)%, P2 (28,37±41,26)%, dan P3 (10,83±17,44)%. Rata-rata morfologi oosit yang lisis P0 (65,48±41,51)%, P1 (70,77±41,74)%, P2 (69,07±40,18)%, dan P3 (89,17±17,44)%. Rata-rata morfologi oosit yang fraktur P0 (23,22±40,82)%, P1 (1,28±3,14)%, P2 (2,56±6,28)%, dan P3 (0±0)%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi gliserol yang berbeda sebagai krioprotektan dalam pembekuan oosit metode lambat bertahap tidak mempengaruhi kualitas dan morfologi oosit kambing setelah pembekuan. Oosit dengan kualitas C (58,91%) dan oosit dengan membran plasma lisis (72,09%) memiliki jumlah terbanyak. Saran yang diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian serupa dengan penambahan krioprotektan lain selain gliserol dan maturasi oosit sebelum pembekuan.