Peran Seresah dalam Mempertahankan Kandungan Bahan Organik Tanah dan Lengas Tersedia: Studi Kasus Pada Sistem Agroforestri Kopi

Main Author: Nurlatifah, Yunita
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10757/
Daftar Isi:
  • Budidaya kopi pada umumnya dilakukan dalam sistem Agroforestri, dengan menanam tanaman lain sebagai penaung. Namun demikian, untuk mendapatkan produksi kopi yang optimal diperlukan pengaturan cahaya yang masuk melalui pemilihan jenis tanaman penaung yang cocok, pengaturan jarak tanam dan pemangkasan cabang pohon penaung dimana hasil pangkasannya dikembalikan ke tanah dalam bentuk mulsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran seresah pangkasan pohon penaung kopi dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah (BOT) dan lengas tersedia pada lahan kopi umur 1, 3, 6, 25 tahun dan lahan kosong sebagai kontrol. Penelitian ini dilakukan di perkebunan kopi di PTPN XII Jember Afdeling Rayap Kebun Renteng, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa Jember. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret-Juni 2015, di lima lokasi dengan umur tanaman kopi yang berbeda. Dua jenis tanaman penaung yang ditanam adalah Moghania machropyla yang merupakan penaung sementara untuk menaungi tanaman kopi umur 1, 3 tahun dan lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan penaung tetap (permanen) untuk menaungi tanaman kopi umur 6 dan 25 tahun. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap kegiatan, yaitu (a) pengambilan contoh tanah untuk analisa fisika dan kimia tanah yang meliputi analisa lengas tanah, berat isi tanah, tekstur, C-organik, (b) Pengukuran produksi seresah gugur menggunakan litter trap, (c) analisa fisika dan kimia tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dan seresah dilakukan pada plot berukuran 20 m x 20 m. Produksi seresah gugur diukur setiap minggu dengan memasang ‘jaring seresah’ (litter trap) di lorong tanaman kopi. Contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu diambil pada lahan dari setiap umur kopi (umur 1 tahun, 3 tahun, 6 tahun, 25 tahun) dan lahan kontrol (lahan yang tidak ditanami) pada kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm sebanyak 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur kopi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bahan organik tanah. Namun perbedaan nyata (P<0,05) justru terjadi antar kedalaman tanah (20-40 cm). Secara umum, dilokasi penelitian, rerata bahan organik tanah tergolong rendah dengan nilai rata-rata berkisar antara 1,3%-1,8%. Nilai tertinggi ada di plot umur kopi 1 tahun di kedalaman 0-20 cm dengan nilai 1,08% dan nilai terendah 0,79% di lahan kosong di kedalaman 20-40 cm. Kandungan bahan organik tanah tertinggi yang ada di kedalaman 0-20 cm dipengaruhi oleh proses dekomposisi yang memang terjadi di lapisan atas. Perbedaan umur kopi juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai lengas tersedia. Kandungan lengas tersedia tertinggi terletak pada U1 dengan nilai 16,42 %, sedangkan nilai terendah terletak pada lahan lahan kosong (K) dengan nilai 9,22 %. Hasil ini sejalan dengan hasil rerata bahan organik tanah di lima lokasi yang sama. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka semakin tinggi pula kandungan lengas tersedia yang ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0,75. Semakin tinggi umur tanaman pada sistem agroforestri berbasis kopi tidak selalu diikuti dengan semakin tingginya nilai kerapatan tanaman dan produksi seresah yang dihasilkan. Semakin tinggi seresah yang dihasilkan, nilai bahan organik tanah dan lengas tersedia justru semakin berkurang yang ditunjukkan dengan nilai R2 masing-masing 0,02 dan 0,2. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kualitas seresah antara produksi seresah yang tinggi dan produksi seresah yang rendah sehingga akan mempengaruhi lama dekomposisi seresah dan pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kandungan bahan organik tanah dan lengas tersedia