Paguyuban Petroalma; Sebuah Kajian Modal Sosial pada Komunitas Pedagang Kaki Lima

Main Author: NoviantoAjiPrabowo
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/104569/1/051000110.pdf
http://repository.ub.ac.id/104569/
Daftar Isi:
  • Kondisi perekonomian yang makin sulit menyebabkan makin sulit pula untuk mendapatkan pekerjaan dalam sektor formal. Oleh sebab itu munculah sektor informal terutama pada daerah perkotaan. Namun kehadiran sektor ini terutama PKL sering kali dianggap sebagai perusak keindahan kota. Hal ini menyebabkan daya tawarnya yang menjadi rendah. Walaupun tanpa disadari sektor ini telah berperan dalam perekonomian terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Melalui pendekatan ekonomi kelembagaan lewat analisis modal sosial mencoba untuk diketahui bagaimana sebuah modal sosial berperan dalam suatu paguyuban PKL. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui permasalahan usaha sebelum terbentuk paguyuban PKL, (2) menganalisis peran modal sosial dalam mengatasi permasalahan usaha setelah adanya paguyuban PKL. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan informan melalui teknik snowball. Setting penelitian mengambil wilayah Alun-alun Kota Madiun. Analisis yang digunakan adalah moda sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan usaha yang dihadapi para PKL sebelum adanya paguyuban Petroalma meliputi masalah sosial dan masalah ekonomi. Masalah Sosial meliputi razia, lokasi berdagang, kenyamanan dan keamanan, kebersihan, konflik area antar PKL, nilai tawar, perpecahan diantara para PKL, kemacetan. Masalah Ekonomi meliputi modal usaha, pungutan liar, biaya transpor, kulakan, jaminan sosial ekonomi tenaga kerja. Setelah terbentuk suatu paguyuban Petroalma maka indiikator modal sosial yang terbentuk di dalamnya yaitu kepercayaan, intensitas hubungan, kesamaan nasib, jaringan, norma, dan loyalitas. Dengan munculnya modal sosial dalam paguyuban tersebut maka menimbulkan keterkaitan antar berbagai pihak utamanya dengan pemerintah, mengatasi kekurangan dana, meningkatkan nilai tawar, dan menurunkan biaya transaksi. Sehingga bisa semakin mengembangkan dan memajukan paguyuban dengan adanya modal sosial yang terbentuk lewat adanya paguyuban.