Efek Pemberian Escalating Dose Immunotherapy (EDI) Menggunakan Self Antigen dsDNA terhadap Jumlah Sel T Helper 1 (Th1) dan Kadar Interferon Gamma (IFN-γ) pada Mencit Lupus Induksi Pristane

Main Author: Gumilang, Retna
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10369/
Daftar Isi:
  • Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun, ditandai keradangan sistemik kronis yang melibatkan kerusakan multi organ. LES di dunia mencapai 5 juta orang dan 200.000 diantaranya di Indonesia. Penderitanya didominasi wanita usia produktif. LES diakibatkan oleh sistem imun bereaksi berlebihan terhadap antigen sendiri, akibatnya terjadi reaksi inflamasi sistemik dan kerusakan organ. Pada pasien LES terbukti mengalami abnormalitas regulasi sistem imun. Ditandai dengan peningkatan sel plasma di darah tepi yang berkorelasi dengan kadar anti-dsDNA, Hal ini membuat sel plasma dan anti-dsDNA berpotensi dijadikan target terapi untuk manifestasi klinis LES. Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat sitokin proinflamasi yang berperan penting dalam pathogenesis LES yaitu Interferon Gamma (IFN-γ) yang merupakan sitokin paling banyak diproduksi sel Th1 untuk mempengaruhi aktivitas sistem imun, salah satunya adalah aktivasi dan diferensiasi dari sel B menjadi sel plasma sehingga akan memproduksi autoantibodi anti-dsDNA. EDI adalah metode untuk mensupresi respon imun melaui mekanisme toleransi dengan cara menginjeksikan self-antigen yang menstimulus pembentukan autoantibodi dengan dosis bertahap hingga memunculkan efek toleransi dan desensitisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek EDI dsDNA pada mencit lupus induksi pristane terhadap penurunan jumlah sel Th1 diukur dengan metode flowcytometry dari jaringan spleen mencit dan kadar IFN-γ diukur menggunakan metode ELISA. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental laboratorik dengan menggunakan post test only controlled group design, secara in vivo dengan mencit strain BALB/c betina sebagai subjek yang dibagi dalam lima kelompok besar sebagai berikut : Kontrol negatif (K-), yaitu mencit normal. Kontrol positif (K+), yaitu mencit lupus induksi pristane.Kelompok A yaitu mencit lupus induksi pristane dan dsDNA konsentrasi I (0. 01 μg/ml, 0. 1 μg/ml, 1 μg/ml). Kelompok B yaitu mencit lupus induksi pristane dan dsDNA konsentrasi II (0. 1 μg/ml, 1 μg/ml, 10 μg/ml) dan kelompok C yaitu mencit lupus induksi pristane dan dsDNA konsentrasi III (1μg/ml, 10 μg/ml, 100 μg/ml). Hasil penelitian, mencit lupus induksi pristane setelah 12 minggu menunjukkan penurunan berat badan (60%), bulu rontok (70%), penurunan aktivitas (50%) dan peningkatan kadar anti-dsDNA. Analisis uji beda jumlah sel Th1 dengan One Way Anova didapatkan nilai p= 0,773. Hasil uji beda Kruskal Wallis Kadar IFN-γ didapatkan p=0,020. uji non parametrik Mann whitney didapatkan mencit kelompok terapi dsDNA dengan dosis I (p=0.021) dan II (p=0.021) mengalami penurunan yang signifikan. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian EDI dsDNAmampu memperbaiki regulasi sistem imun pada mencit model Pristane Induced Lupus (PIL) yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah sel T Helper 1 (Th1) dan kadar Interferon Gamma (IFN-γ) pada kelompok A dan B.