Narasi Pentas Pertunjukan Jaranan Samboyo Putro di Desa Ngetrep Kabupaten Nganjuk

Main Author: EkaRahayu, Lusiana
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/102868/1/Artikel_Lusiana_Eka_Rahayu_%28125110700111053%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/102868/2/Skripsi_Lusiana_Eka_Rahayu_%28125110700111053%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/102868/
Daftar Isi:
  • Seni pertunjukan Jaranan Samboyo Putro ini akan dikaji oleh peneliti dengan menggunakan teori narasi dari Herman Vervaeck. Kajian tersebut digunakan untuk mengetahui strategi penarasian (naratologi) yang digunakan oleh pegiat jaranan untuk mempertahankan eksistensi jaranan Samboyo Putro. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui unsur-unsur yang menjadi latar belakang dan pola narasi dalam seni pertunjukan jaranan Samboyo Putro di Desa Ngetrep Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan desain etnografi, tipe studi kasus. Hasil temuan dalam penelitian ini, menunjukan terdapat enam unsur dan tiga pola narasi yang terdapat dalam seni pertunjukan jaranan Samboyo Putro. Unsur pertama adalah sejarah seni pertunjukan jaranan Samboyo Putro yang sudah berdiri sejak tahun 1977. Unsur kedua adalah fungsi pertunjukan jaranan Samboyo Putro, dahulu jaranan berfungsi sebagai sarana ritual dalam upacara-upacara adat, sekarang fungsinya berkembang sebagai suatu pertunjukan hiburan bagi masyarakat luas. Unsur ketiga adalah unsur gerak dan penari jarnan Samboyo Putro. Unsur keempat adalah bentuk pertunjukan jaranan Samboyo Putro, berupa tempat dan alat serta perlengkapan dalam pertunjukan. Unsur kelima adalah struktur pertunjukan jaranan Samboyo Putro adalah: (1) pementasan pertama 15.30-17.00 (kepangan, ndadi/ kesurupan), (2) pementasan kedua 19.00-00.00 (Kepangan 1, Kepangan 2 dan Celeng, Ganongan/ Pentulan dan Barongan, Kethek an/ Monyet dan Macan). Unsur keenam adalah peristiwa dalam narasi pertunjukan jaranan Samboyo Putro, diantaranya (1) pelaksanaan ritual sebelum pertunjukan, (2) buka kalangan, (3) penampilan pembuka pasukan penari kuda kepang 1 atau kepangan, (4) pertempuran antara pasukan kuda kepang 2 dan celeng (babi hutan), (5) pertempuran antara Prabu Kelono Sewandono dan Ganongan/ pentulan dengan Singo Barong, (6) pertempuran Prabu Kelono Sewandono dan Ganongan/ pentulan, ketek an (monyet), dan macan. Unsur ketujuh adalah waktu pertunjukan jaranan Samboyo Putro yang dilaksanakan pada musim hajat (pernikahan dan khitanan). Unsur kedelapan adalah aktor, terdapat aktor utama dan pendukung. Unsur kesembilan adalah lokasi, terdapat dua lokasi yaitu lokasi dalam konteks cerita dan lokasi pertunjukan. Terdapat tiga pola narasi dalam jaranan Samboyo Putro, pola narasi pertama adalah pola durasi dengan empat elemen yaitu adanya pelesapan pada identitas Dewi Songgolangit, arak-arakan, dan dangdut sebagai hiburan tambahan. Adanya percepatan karena kebutuhan cerita dan permintaan dari sohibul hajjah, skena/ latar, dan penghentian. Pola narasi kedua adalah kelengkapan unsur cerita yang terdapat arah, jarak, dan pencapaian. Pola narasi ketiga adalah frekuensi yang terdapat singular dan repetitif.