Bahasa Argot Anak Muda dalam Komik Titeuf vol.4 “C’est pô juste” Karya ZEP (Phillippe Chapuis)
Daftar Isi:
- Ragam bahasa disebabkan oleh adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh kelompok yang sangat beragam. Terbentuknya ragam bahasa tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu jenis kelamin, konteks sosial, letak geografis, suku, profesi dan faktor usia. Adanya pengaruh dari faktor usia menimbulkan kemunculan variasi bahasa anak muda. Variasi ini ditandai dengan sejumlah kosakata atau struktur kalimat yang berbeda dan menyimpang dari struktur bahasa baku. Penggunaan ragam bahasa anak muda dapat ditemukan dalam bentuk komunikasi, baik dalam komunikasi bahasa lisan seperti percakapan sehari-hari atau komunikasi bahasa tulis seperti buku dan komik. Salah satu komik berbahasa Prancis yang banyak menggunakan ragam bahasa anak muda yang disebut argot adalah komik yang berjudul Titeuf vol.4 “C’est pô juste” karya ZEP (Phillippe Chapuis) yang diterbitkan pada tahun 1995. Dalam komik tersebut terdapat ragam bahasa anak muda yang tidak sesuai dengan aturan tata bahasa baku. Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang perubahan bentuk morfologi dari bahasa baku ke bahasa argot anak muda, dan fungsi dari penggunaan bahasa argot tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif karena data yang diperoleh dideskripsikan secara jelas dan mendetail bentuk-bentuk ragam bahasa argot yang ditinjau dari segi morfologi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kata dan kalimat yang termasuk ragam bahasa argot dalam komik Titeuf vol.4 “C’est pô juste”. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teori proses pembentukan argot bahasa Prancis dan fungsi penggunaan bahasa argot tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 49 argot di dalam komik Titeuf dengan 9 proses pembentukannya yang sesuai dengan teori Pillard dan Červenkovà. Proses pembentukan tersebut adalah 1 syncope-verlan, 12 apocope, 25 syncope, 3 forme contractée, 2 aphérèse-apocope-redoublement, 1 syncope-apocope, 2 aphérèse, 2 troncation apocope dan 1 apocope-redoublement. Fungsi yang ditimbulkan dengan proses pembentukan argot tersebut adalah untuk menunjukkan kedekatan hubungan sosial dengan teman-teman, rasa solidaritas dan persaudaraan untuk mengekspresikan rasa marah atau jengkel kepada lawan bicaranya yang digunakan oleh komunitas anak-anak di sekolah. Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya yang akan meneliti bidang yang sama akan menggunakan sumber data yang berasal dari karya sastra lainnya seperti novel atau lagu yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang lain seperti semantik dan sintaksis.