Pengaruh Bobot Telur Terhadap Dead Embryo Dan Daya Tetas Telur Itik Dabung Dan Itik Patemon Di Kabupaten Bangkalan, Madura

Main Author: Zakaria, Mariza
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10203/
Daftar Isi:
  • Indonesia memiliki banyak jenis itik lokal yang sudah populer namanya dikalangan masyarakat. Provinsi Jawa Timur tepatnya di pulau Madura terdapat jenis Itik Dabung dan Itik Patemon yang merupakan itik lokal asli Kabupaten Bangkalan yang belum dikenal masyarakat luas. Usaha penyediaan bibit yang berkelanjutan dengan melakukan penetasan telur diperlukan untuk menjaga kelangsungan peternakan itik di Kabupaten Bangkalan. Upaya penetasan telur itik dapat dilakukan dengan campur tangan manusia menggunakan bantuan mesin tetas. Pada saat proses penetasan tidak semua telur akan menetas. Semakin banyak embrio yang mati saat proses penetasan akan membuat daya tetas telur yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh bobot telur terhadap dead embryo dan daya tetas telur itik Dabung dan itik Patemon. Materi penelitian ini menggunakan telur tetas itik Dabung dan itik Patemon 189 butir telur itik Dabung dan 134 butir itik Patemon yang dihasilkan dari sex ratio induk jantan dan betina 1:6 dan umur simpan telur 1-7 hari. Telur ditimbang dan dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing adalah kelompok berat (<60 g), sedang (60-66 g) dan ringan (>66 g). Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah percobaan (experimental). Telur yang sudah ditandai dan didata diinkubasi dalam mesin tetas selama 28 hari dengan suhu 38-39oC dan kelembaban 60-80%. Pada hari ke 7 dan 14 dilakukan candling untuk mengetahui kejadian dead embryo. Setelah 30 hari masa inkubasi dihitung daya tetas dari telur itik Dabung dan itik Patemon. Data dianalisis menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap dead embryo minggu ke-1, dead embryo minggu ke-2 dan daya tetas pada itik Dabung dan itik Patemon. Telur berbobot berat pada kedua jenis itik mengalami dead embryo tertinggi pada minggu ke-1 yang disebabka tingginya suhu diawal penetasan. Dead embryo tertinggi pada minggu ke-2 dialami telur berbobot sedang pada itik Dabung dan telur berbobot berat pada itik Patemon. Daya tetas tertinggi dihasilkan dari telur berbobot sedang pada kedua jenis itik dikarenakan banyaknya embrio pada telur dengan bobot berat dan ringan yang mati saat proses penetasan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telur itik Patemon memiliki daya tetas yang lebih baik yaitu 63,43% dibandingkan daya tetas telur itik Dabung dengan persentase 59,26%. Telur tetas yang ideal digunakan untuk penetasan adalah telur dengan bobot sedang (60-66 g) karena menghasilkan daya tetas yang lebih baik pada itik Dabung dan itik Patemon. Faktor Suhu, kelembaban dan ketersediaan ventilasi pada ruang penetasan perlu diperhatikan guna mendapatkan hasil penetasan yang lebih baik.