Representasi Perjuangan Bintang Film Perempuan Dalam Sejarah Revolusi Nasional Tahun 1945 – 1949 Pada Roman Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer (Analisis Feminisme Postkolonial)
Main Author: | Ningrum, RifqiaKartika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/101813/ |
Daftar Isi:
- Revolusi nasional merupakan kejadian bersejarah yang melibatkan banyak masyarakat dari berbagai bidang pekerjaan. Hal tersebut terepresentasikan dalam roman Larasati karya Pramoedya Ananta Toer, khususnya pada tokoh Ara yang berprofesi sebagai seorang bintang film perempuan. Tujuan dari penelitian ini meliputi (1) menjelaskan bentuk representasi feminisme postkolonial tokoh Ara dalam roman Larasati; (2) memaparkan peran dan sikap Ara sebagai representasi bintang film perempuan di masa Revolusi. Bentuk sikap dan peran Ara bersumber dari roman Larasati. Data berupa kutipan yang mengandung penggugatan atas penindasan gender, penggugatan atas penindasan antarbangsa, suku, ras, dan agama, serta penggugatan penjajahan. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis isi. Temuan penelitian ini meliputi (1) bentuk representasi feminisme postkolonial pada tokoh Ara yang memiliki tiga unsur. Unsur pertama adalah pengugatan penindasan gender yang memiliki hubungannya dengan kondisi pejuang perempuan di masa tersebut. Unsur kedua adalah pengguatan penindasan antarbangsa, suku, ras, dan agama. Unsur ini berhubungan dengan usaha masyarakat dari Timur yang ingin menyetarakan kedudukannya dengan bangsa Barat atau disebut mimikri. Unsur yang ketiga yaitu penggugatan penjajahan yang berhubungan dengan keterbatasan perempuan dalam dunia jajahan atau a third world women untuk melihat, memiliki, dan memanfaatkan peluang di dunia luar; (2) peran dan sikap tokoh Ara yang menjadi representasi bintang film perempuan dalam revolusi. Peran yang ditunjukkan Ara sebagai seorang bintang film bukan melalui karya-karyanya. Namun, dengan berani ia terjun langsung dalam peperangan untuk melawan Belanda. Sikap yang ditampilkan meliputi pemberani, percaya diri, teguh pendirian, dan tidak mudah terpengaruh. Sikapsikap tersebut bertolak belakang dengan tokoh perempuan lain dalam roman Larasati, yaitu Lasmidjah. Peran dan sikap tersebut dapat dilihat melalui ketiga unsur feminisme postkolonial.