Pengaruh Imbangan Jantan Betina Dan Umur Induk Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, Dan Bobot Tetas Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica)

Main Author: Wulansari, Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/10146/
Daftar Isi:
  • Burung puyuh merupakan ternak unggas yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan produksinya karena potensial dalam memenuhi kebutuhan protein hewani dari telur yang dihasilkan. Burung puyuh mempunyai kelebihan utama yaitu memiliki produktivitas tinggi. Data Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2014 produksi telur burung puyuh di Indonesia dari rentang tahun 2011-2014 masing - masing mencapai 8,2 ton, 15,8 ton, 18,9 ton, dan 19,1 ton. Keberhasilan dalam budidaya ternak ditentukan tiga hal yaitu bibit, pakan, dan manejemen. Upaya mendapatkan bibit puyuh yang unggul dilakukan melalui perkawinan. Pemilihan bibit unggul berkaitan dengan tingkat produksi dan kualitas penetasan burung puyuh. Perkawinan burung puyuh erat kaitannya dengan penggunaan imbangan jantan betina dan umur induk. Penelitian dilaksanakan di peternakan burung puyuh milik Bapak Syamsul Hadi di Dusun Bunder, Desa viii Ampeldento, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang dan dilanjutkan dengan penetasan yang dilakukan di penetasan milik Bapak Arifin di Jalan Trunujoyo no. 110 RT 03 RW 10, Dusun Rejoso, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada Bulan Oktober sampai Desember 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh penggunaan imbangan jantan betina, umur induk dan interaksi keduanya terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas burung puyuh. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan acuan dan informasi kepada masyarakat terutama peternak burung puyuh serta meningkatkan kajian mengenai penggunaan imbangan jantan betina dan umur induk yang mampu menghasilkan persentase fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas burung puyuh yang tinggi. Materi penelitian terdiri dari 24 ekor burung puyuh jantan umur 50 hari (KK 4,9%), 60 ekor burung puyuh betina umur 42-91 hari (KK 6,95%), dan 60 ekor burung puyuh betina umur 92-141 hari (KK 7,36%). Pakan yang digunakan yaitu merk PT. Japfa Comfeed bentuk fine crumble. Metode penelitian ini adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial (2x3). Faktor yang pertama adalah imbangan jantan betina (1:3, 1:5, dan 1:7) dan faktor kedua umur induk (42-91 hari dan 92-141 hari ) dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Variabel yang diukur adalah fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas. Koleksi telur dilakukan pada hari ke-15 sampai hari ke-21 setelah perlakuan. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT) bila terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan imbangan jantan betina memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,10) terhadap fertilitas dan daya tetas, sedangkan ix pada bobot tetas tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,50). Fertilitas imbangan jantan betina tertinggi pada 1:3 sebesar 91,01±2,55% dan terendah 1:7 (A3) sebesar 78,15±3,87. Daya tetas imbangan jantan betina tertinggi pada 1:3 (86,09±3,80%) dan terendah 1:7 sebesar 73,82±2,78%. Nilai bobot tetas yang dihasilkan pada kisaran 7,94-8,22 g. Penggunaan umur induk memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,50) terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas. Fertilitas berada pada kisaran 84,61-85,49%, daya tetas berada pada kisaran 79,84-81,73%, dan bobot tetas pada kisaran 8,06-8,17 g. Interaksi antara imbangan jantan betina dan umur induk memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,50) terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas. Interaksi terbaik dengan fertilitas tertinggi sebesar 91,76±1,31% dengan penggunaan imbangan jantan betina 1:3 dengan umur induk 42-91 hari. Daya tetas dan bobot tetas terbaik pada imbangan jantan betina 1:3 dengan umur induk 92-141 hari sebesar 87,55±3,47% dan 8,26±0,33 g. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan imbangan jantan betina 1:3 memberikan nilai fertilitas dan daya tetas tertinggi, tetapi terhadap bobot tetas imbangan jantan betina tidak menentukan. Umur induk 42-91 hari dan 92-141 hari tidak menentukan terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas. Interaksi antara imbangan jantan betina dan umur induk tidak menentukan terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas. Disarankan menggunakan imbangan jantan betina 1:3 dengan umur induk 92-141 hari. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan umur induk yang lebih dari 92-141 hari.