Woman Position in Iron Man movies
Daftar Isi:
- Film adalah salah satu karya sastra dan media elektronik, menjadi strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan dan menyampaikan pesan tentang keadaan dunia. Para pembuat film dan sutradara dari sebuah film dapat mengungkapkan kritik, keluhan dan opini sebagai sebuah aspirasi. Beberapa genre film ada untuk memuaskan para penikmat film, khususnya film action. Iron Man adalah salah satu film action yang berfokus pada penampilan fisik para aktornya sebagai pemeran utama, contohnya kuat, berkarisma dan menarik. Aktor sebagai pemeran utama atau pahlawan selalu memimpin alur sebuah cerita dan menjadi pandangan utama. Dalam film Iron Man terdapat beberapa pemeran pembantu sebagai asisten dari pemeran utama, pemeran asisten biasanya di perankan oleh wanita, peran wanita sebagai asisten menempatkan wanita dalam posisi sub-ordinate dan menunjukan adanya penilaian tentang wanita sebagai yang mahluk yang nomer dua. Film ini menggambarkan kondisi tentang wanita berada dalam posisi yang lemah sementara pria berada dalam posisi sebagai pemimpin menunjukan adanya gender bias. Penelitian ini menggunakan nilai patriarki dan mise-en-scene sebagai pendekatan untuk menganalisa sequel film Iron Man. Di refleksikan oleh Tony Stark (Iron Man) sebagai pemeran utama dan Pepper Potts, Natalie Rush Man, Christine Everhart, dan Maya Hansen sebagai pemeran pembantu. Tokoh dalam sequel film Iron Man dan referensi mengenai nilai patriarki akan di gunakan sebagai informasi yang mendukung analisis ini. Hasil dari studi ini menunjukan sisi lemah dan rendah seorang wanita. Wanita berada dalam posisi sub-ordinate sangat terlihat melalui Pepper Potts, Natalie Rush Man, Christine Everhart, dan Maya Hansen sebagai pemeran pembantu. Dalam film ini Tony Stark (Iron Man) berhasil menunjukan. Untuk peniliti berikutnya di harapkan dapat menggunakan teori Deconstruction untuk menganalisa perbedaan karakteristik dari Tony Stark sebagai Pahlawan.