Kathryn Bulkovac’s Struggles Against Women Trafficking In Whistleblower Movie
Main Author: | Widiatmoko, AdhityoHaris |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/101192/1/SKRIPSI_ADIT.pdf http://repository.ub.ac.id/101192/ |
Daftar Isi:
- Sistem patriarki pada dasarnya merupakan sistem sosial dimana laki – laki memiliki tingkat dominasi yang lebih tinggi daripada wanita. Begitu pula dengan fenomena sistem sosial yang ada di Bosnia. Sistem patriarki ditambah dengan adanya kekacauan setelah perang Balkan, telah menempatkan negara ini dalam masalah besar perdagangan wanita. Banyaknya warga Bosnia yang menjadi korban perang, terutama kaum laki – laki, berakibat hilangnya stabilitas sosial, baik dalam negara maupun keluarga. Suatu fenomena yang juga tergambar dalam film Whistleblower dimana Bulkovac sebagai tokoh utama turut memperjuangkan hak – hak para korban kejahatan perdagangan wanita. Untuk menganalisis film ini, penulis menggunakan teori feminisme dengan fokus terhadap bagaimana perempuan diperlakukan sebagai komoditas ekonomi. Hasil dari studi ini menunjukkan bagaimana kondisi para korban perdangan wanita dari sudut pandang Bulkovac selaku tokoh utama. Para korban selaku komoditas ekonomi di sini, menunjukkan bagaimana jerat perdagangan wanita bekerja, ditambah dengan adanya dominasi sistem patriarki di Bosnia itu sendiri. Bermula dari harapan untuk mencari hidup yang lebih baik, Raya, salah satu saksi kunci Bulkovac, bergabung dalam jasa penyalur tenaga kerja ilegal. Dimana agen penyalur tersebut menjanjikan untuk bekerja sebagai pelayan di suatu restoran ternama dengan gaji tinggi. Tanpa disadari, perangkap seperti inilah yang mendorongnya jatuh ke dalam jaring perdagangan wanita yang banyak terjadi di Bosnia selaku negara yang masih dilanda konflik sesudah perang. Para korban, dimana telah memasuki suatu negara secara illegal menyebabkan mereka ragu untuk mencari bantuan hukum, terlebih akibat status mereka yang ilegal juga banyaknya para polisi Bosnia yang turut andil dalam perdagangan wanita itu sendiri. Lebih jauh, para korban harus menerima fakta bahwa mereka terjebak dalam komersialitas seksual, kendati hal itu bukanlah keinginan korban. Kesimpulannya untuk dapat menebus hak mereka kembali, para korban harus rela bekerja kepada para pedagang wanita sebagai pekerja seks. Dalam hal ini Bulkovac sebagai utusan perdamaian bertugas untuk mengembalikan tatanan social yang sempat kacau akibat adanya perang Balkan di Bosnia, juga untuk membantu mengembalikan hak – hak para korban kejahatan perdagangan wanita yang sempat direnggut oleh pelaku.