Speech Styles Performed By The Hosts Of “Masterchef Indonesia Season 3” Cooking Talent Show

Main Author: Pratiwi, Anggit
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/101149/1/THESIS_ANGGIT_PRATIWI_%28105110101111085%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/101149/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini meneliti tentang gaya bahasa lisan yang ditampilkan oleh pembawa acara ajang pencarian bakat memasak Masterchef Indonesia musim ketiga ketika mereka berbicara kepada para kontestan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa dua permasalahan yaitu: (1) Jenis-jenis gaya bahasa lisan apa yang digunakan oleh pembawa acara Masterchef Indonesia musim ketiga? (2) Jenis gaya bahasa lisan apa yang paling sering digunakan di acara tersebut? Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Martin Joos (1967, dikutip dari Broderick 1976) dan juga teori pendukung tentang standar dan nonstandar Bahasa Indonesia dari Kridalaksana (1989) dan juga Chaer dan Agustina (2004). Penelitian ini merupakan metode kualitatif dan menggunakan transkripsi dari perkataan pembawa acara untuk dianalisa. Data dalam penelitian ini adalah perkataan pembawa acara ajang pencarian bakat memasak Masterchef Indonesia musim ketiga pada episode pertama yang mengandung gaya bahasa lisan. Dari 5 (lima) jenis gaya bahasa lisan berdasarkan teori Martin Joos (gaya bahasa lisan baku, resmi, konsultatif, kasual, dan intim) penulis hanya menemukan 3 (tiga) diantaranya yaitu gaya bahasa lisan resmi, konsultatif, dan kasual. Gaya bahasa lisan yang paling sering digunakan oleh pembawa acara adalah gaya bahasa lisan konsultatif pada 95 (Sembilan puluh lima) perkataan atau sebesar 66% dan diikuti oleh kasual pada 31 (tiga puluh satu) perkataan atau sebesar 21,5%, dan yang terakhir adalah resmi pada 18 (delapan belas) perkataan atau sebesar 12,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembawa acara lebih cenderung tidak menggunakan gaya bahasa lisan baku karena tema acara yang semi-formal dan juga tidak menggunakan gaya bahasa lisan intim karena mengingat hubungan antara pembawa acara dan juga peserta tidak terlalu dekat. Terakhir, penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti gaya bahasa lisan dari lingkungan sekitar dan menggali lebih banyak lagi teori tentang gaya bahasa lisan untuk menambah pemahaman tentang gaya bahasa lisan di penelitian selanjutnya