The Use Of Taboo Words In Pak Darto Character In Tendangan Dari Langit Movie

Main Author: Chotimah, Chusnul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/101004/1/THESIS.pdf
http://repository.ub.ac.id/101004/
Daftar Isi:
  • Komunikasi sangat penting dalam kehidupan kita karena orang dapat mengetahui satu sama lain dengan komunikasi. Kata-kata tabu adalah salah satu dari fenomena linguistik yang ada di sebagian besar bahasa. Ini sangat menarik untuk menganalisa berbagai macam kata-kata tabu yang diekspresikan oleh karater laki-laki di film Tendangan Dari Langit. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena kata-kata tabu yang ada pada film Tendangan Dari Langit. Ada dua permasalahan pada penelitian ini, yaitu untuk menemukan tipe-tipe dan tujuan kata-kata bahasa Jawa yang tabu yang digunkan Pak Darto pada film Tendangan Dari Langit. Dalam penelitian ini, penulis mengunakan metode kualitatif dan analisa dokumen. Penulis hanya menganalisa jenis kata-kata Jawa tabu oleh Pak Darto untuk dekripsi mendetail mengenai tipe dan tujuan dari kata-kata tabu. Dalam menganalisa tipe dari kata-kata bahasa Jawa yang tabu, penulis menggunakan teori dari Wardhaugh (2006), sedangkan untuk meneliti tujuan dari kata-kata bahasa Jawa yang tabu, penulis menggunakan teori dari Liedlich (1973). Hasil dari analisa ini, penulis menemukan 10 ucapan yang mengandung kata-kata bahasa Jawa yang tabu yang diucapkan oleh Pak Darto. Penulis juga menemukan bahwa Pak Darto menggunakan 5 tipe dari kata-kata tabu, yaitu bagian dari mertua, fungsi jasmani/bagian kemaluan manusia, kematian, pengeluaran/kotoran manusia, dan permainan/hewan. Selanjutnya, Pak Darto menggunakan 4 tujuan yang digunakan pada kata-kata tabu, yaitu kehilangan kepercayaan, untuk memancing konfrontasi kekerasan, untuk, untuk menunjukan rasa kasih, dan menunjukan rasa haru. Penulis menyarankan pada mahasiswa jurusan bahasa untuk meneliti kata-kata tabu dengan menggunakan teori yang lain seperti teori Hughes atau Holmes. Penulis juga menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk mempelajari lebih dalam tentang kata-kata bahasa Jawa yang tabu dengan melakukan analisis pada obyek lain seperti percakapan sehari-hari, puisi Jawa atau mantra Jawa.