The Study of Felicity Conditions in the Utterances Produced by the Main Characters of Bee Movie
Daftar Isi:
- Sebagai alat dalam berkomunikasi, bahasa diperlukan agar interaksi dengan sesama menjadi mudah. Bahasa memberi fasilitas kepada masyarakat untuk melakukan interaksi sosial yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu dengan cara mengucapkan kalimat. Oleh karena itu, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam komunitas. Masyarakat dapat menampilkan bahasa dalam bentuk tindakan, yang disebut dengan tindak tutur. Tindak tutur dapat disampaikan secaara lisan ataupun tulisan dan hal ini berhubungan dengan syarat ketepatan sebagai kriteria dari tidak tutur yang tepat. Syarat ketepatan adalah sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk menampilkan tindak tutur yang tepat. Penulis menerapkan teori syarat ketepatan pada analisa percakapan yang dilakukan oleh tokoh utama dalan film “Bee Movie”. Film ini menggambarkan penggunaan syarat ketepatan yang ditampilkan dalam percakapan antar tokoh utama. Masalah yang harus dipecahkan adalah menemukan tindak ilokusi, syarat ketepatan dan tindak perlokusi yang ditampilkan oleh tokoh utama dalam film “Bee Movie”. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berfokus pada konteks dalam film. Jenis penelitiannya adalah analisa konten yang berkaitan dengan penggunaan deskripsi yang jelas dan sistematis mengenai fenomena yang dipelajari. Penulis menerapkan studi deskriptif dalam analisa konten untuk menganalisa percakapan para tokoh utama dalam skenario film ”Bee Movie”. Tindak ilokusi diterapkan di beberapa dialog antara Vanessa sebagai pembicara, dan tindak perlokusi ditampilkan oleh Ken sebagai perespon/pendengar. Tindak ilokusi tersebut dapat dianalisis menggunakan teori syarat ketepatan, dimana penulis menemukan empat tipe peraturan, antara lain syarat kejujuran, syarat esensial, syarat konten proporsional, dan syarat persiapan yang muncul dari tindak ilokusi. Sementara itu, di beberapa situasi, sebagai responder/pendengar, Ken menunjukkan perlokusi yang kurang tepat, yang ditandai dengan kemarahan, kebencian, argumentasi, penolakan, atau ketidakpedulian terhadap ilokusi Vanessa. Untuk penelitian selanjutnya, penulis berharap bahwa skripsi ini bisa menjadi studi pembanding tentang pragmatik, terutama mengenai tindak tutur dengan menganalisa skenario sebuah film atau percakapan dalam bentuk lain. Penuli juga berharap skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan tentang studi syarat ketepatan untuk untuk memperbaiki hasil dan temuan dari studi sebelumnya.