Analisis Semiotik Pada Iklan Layanan Masyarakat Di Kereta Api Bawah Tanah Tokyo Jepang

Main Author: FajarVickySeptian
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/100430/1/051200903.pdf
http://repository.ub.ac.id/100430/
Daftar Isi:
  • Penyampaian peraturan dalam penggunaan moda transportasi umum salah satunya melalui media iklan layanan masyarakat berbentuk poster. Iklan tidak hanya sebagai media penyampaian pesan dari produsen kepada konsumen namun dapat juga mencerminkan budaya dimana iklan tersebut berada. Sebagai sebuah representasi budaya, maka iklan sangat dekat dengan sastra dan memungkinkan untuk dikaji menggunakan teori-teori sastra. Salah satu teori sastra yang dapat diterapkan dalam menganalisis sebuah iklan adalah dengan teori semiotik dengan penggunaan kode-kode Roland Barthes. Iklan poster yang digunakan dalam penelitian ini ada lima buah dari periode tahun 1976 sampai 1982. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah (1) makna apa yang terkandung dalam poster iklan layanan masyarakat dalam kereta api bawah tanah Tokyo, Jepang. Hasil penelitian ini adalah makna poster pertama yang berjudul Dokutensha adalah dilarang memonopoli tempat duduk yang menggunakan Hitler dan Chaplin sebagai ikon didalamnya, makna poster kedua yang berjudul Supeesuinbeeda adalah dilarang membaca koran didalam kereta yang menggunakan dua ikon sallary man dan satu ikon sallary man-alien , makna poster ketiga yang berjudul Wasureemon adalah mengingatkan penumpang agar jangan meninggalkan barang bawaan mereka dalam hal ini adalah payung yang menggunakan ikon ramah Doraemon, makna poster keempat yang berjudul Yume wa Ouchi de adalah himbauan agar tidak tidur didalam kereta yang memakai ikon Doraemon dan Nobisuke Nobi, makna poster terakhir yang berjudul Shanai no Meiwaku Sandaikaijyuu adalah 3 hal yang dilarang dilakukan didalam kereta yaitu membaca koran, dan memonopoli tempat duduk, dan himbauan agar tidak tidur didalam kereta. Penulis menyarankan agar PT KAI meniru tindakan JR dalam mempublikasikan peraturan-peraturannya, selanjutnya pada penelitian selanjutnya agar iklan ini dikaji lebih dalam lagi dengan teori yang berbeda karena iklan ini sarat dengan unsur budaya.