Politeness Strategies Used by Martin Luther King, Jr. in His Speech “I Have a Dream”
Main Author: | Maulana, PanjiRizki |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/100369/1/051103987.pdf http://repository.ub.ac.id/100369/ |
Daftar Isi:
- Pidato merupakan salah satu media bagi kita untuk mengatakan apa yang ada dalam pikiran kita. Kita bisa melakukan banyak hal dengan menggunakan pidato, misalnya kita dapat mempengaruhi banyak orang, kita dapat membimbing orang, kita bisa mengajarkan orang tentang informasi yang belum mereka ketahui sebelumnya, dan kita juga bisa menyampaikan beberapa kritik kepada pemerintah. Pidato Martin Luther King, Jr. yang berjudul "I Have a Dream" adalah pidato yang ia disampaikan di Lincoln Memorial, yang menyerukan kesetaraan ras dan dan mengakhiri diskriminasi. Pidatonya telah mengumpulkan dukungan untuk penghapusan kebijakan segregasi dan menyebabkan lahirnya Undang-Undang Hak Sipil pada tahun 1964 yang memberikan hak kepada orang kulit hitam di Amerika untuk memilih dalam pemilihan umum. Ada dua permasalahan dalam studi ini, yaitu: (1) Apa jenis strategi kesantunan yang digunakan oleh Martin Luther King, Jr. dalam pidatonya "I Have a Dream"? dan (2) Apa alasan penggunaan strategi kesantunan oleh Martin Luther King, Jr. dalam pidatonya "I Have a Dream"? Studi ini menerapkan pendekatan kualitatif dalam bentuk analisa dokumen. Data dalam studi ini berupa ungkapan-ungkapan yang ditemukan pada pidato Martin Luher King, Jr. "I Have a Dream" yang dapat dianalisa relevansinya dengan strategi kesantunan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa Martin Luther King, Jr. menggunakan positive politeness strategy, negative politeness strategy, dan off-record strategy. Strategi yang paling sering digunakan adalah positive politeness strategy (18), diikuti oleh negative politeness strategy (2), dan yang paling sedikit digunakan adalah off-record strategy (1). Alasan penggunaan positive politeness strategy untuk menunjukkan kedekatan dan solidaritas Martin Luther King, Jr. dengan penonton karena tujuan yang sama. Sementara itu, negative politeness strategy digunakan untuk menghormati negative face penonton dan untuk mengurangi gesekan antara pembicara dan pendengar, dan off-record strategy digunakan oleh Martin Luther King, Jr. untuk membiarkan penonton menafsirkan sendiri ungkapan-ungkapan darinya. Penulis menyarankan peneliti selanjutnya menganalisa strategi kesantunan dalam media lain, seperti debat oleh tokoh-tokoh terkenal lainnya dan menambah teori-teori lain tentang strategi kesantunan untuk menambah pengetahuan tentang strategi kesantunan.