MODEL SOSIAL SPASIAL DAMPAK KEBISINGAN LINGKUNGAN DI SEKITAR BANDARA: STUDI KASUS BANDARA HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA
Main Authors: | Agrayanto, Bagus Ferry; PT. Sucofindo (PERSERO), Kusnoputranto, Haryoto, Utomo, Suyud Warno |
---|---|
Other Authors: | Bagus Ferry Agrayanto, Universitas Indonesia, Sekolah Ilmu Lingkungan |
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Badan Informasi Geospasial
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://jurnal.big.go.id/index.php/GL/article/view/1146 http://jurnal.big.go.id/index.php/GL/article/view/1146/644 |
Daftar Isi:
- Komersialisasi Bandar Udara (Bandara) Halim Perdanakusuma (HLP) sejak tahun 2014 menyebabkan eksternalitas negatif yang tidak terhindarkan yaitu paparan kebisingan pesawat terbang. Kebisingan pesawat terbang akan berdampak terhadap menurunnya kualitas kesehatan. Dalam rangka pengendalian kebisingan pesawat terbang diperlukan model sosial-spasial dampak kebisingan pesawat terbang. Permodelan sosial-spasial yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan lingkungan, dan menentukan batas kawasan kebisingan Bandara HLP berbasis indeks WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) pada radius 300 ─ 600 m. Ruang lingkup tambahan dari permodelan sosial-spasial yaitu kategorisasi risiko kebisingan lingkungan, dan sosial ekonomi berbasis perhitungan mean hipotetik dari masyarakat yang tinggal tepat di jalur LTO (Landing Take-Off) pesawat terbang. Hasil permodelan menunjukkan tingkat kebisingan lingkungan di permukiman masyarakat sekitar Bandara HLP (67.01 ─ 70.19 dBA) tidak memenuhi baku tingkat kebisingan untuk kawasan permukiman sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 yaitu 55 dB(A). Secara spasial, hasil permodelan menunjukkan batas aman kebisingan pesawat terbang Bandara HLP terletak pada jarak 600 m dari ujung runway 06 HLP, sehingga dapat diperuntukkan sebagai kawasan permukiman ideal di sekitar Bandara HLP (WECPNL=73,80). Hasil permodelan batas kawasan kebisingan Bandara HLP selanjutnya digunakan untuk menganalisis kesesuaiannya dengan rencana tata ruang. Hasil kategorisasi menunjukkan aspek persepsi risiko mayoritas responden mulai dari kebisingan lingkungan sampai dengan sosial ekonomi termasuk kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertukaran yang dapat ditoleransi dengan risiko bertempat tinggal di sekitar Bandara HLP. Berdasarkan uji korelasi statistik Kendall’s Tau-b diketahui waktu domisili dan tingkat pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap persepsi risiko kebisingan lingkungan.