Simulasi Direct Georeferencing Untuk Koreksi Geometrik Sistematik Citra Pushbroom Imager
Main Authors: | Wismu Sunarmodo, Ahmad Maryanto, Muchammad Soleh |
---|---|
Format: | Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
LAPAN
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.lapan.go.id//index.php?p=show_detail&id=3319 http://repository.lapan.go.id//lib/phpthumb/phpThumb.php?src=../../images/docs/sinasindraja_2015.PNG.PNG |
Daftar Isi:
- Direct georeferencing (georeferensi langsung) citra inderaja (penginderaan jauh) pada intinya adalahsuatu proses pemberian label koordinat (kalibrasi posisi) citra inderaja dengan koordinat yang sebenarnya pada sistembumi. Secara sederhana, proses ini dapat dilakukan dengan bantuan rumusan geometris yang menghubungkan titiktersebut pada sistem satelit yang sedang mengorbit dan sistem bumi. Proses ini merupakan sebuah tahap awal untukmenghasilkan data atau citra yang terkoreksi secara geometrik sistematik dan terkode kepada sebuah peta (geocodedimage). Pushbroom imager adalah sistem detektor dengan larik lurus yang prinsip pencitraannya dilakukan denganteknik line scanning (pushbroom). Citra pushbroom imager 2-D diperoleh melalui ratusan hingga ribuan kalipemotretan dengan menggeser kamera secara tepat terhadap obyek pada tiap-tiap pemotretan dengan selangpengambilan disesuaikan dengan kecepatan terbang satelit relatif terhadap bumi dan ukuran lebar garis gambar (resolusispasial) yang ditentukan. Makalah ini bertujuan mengulas implementasi algoritma dan melakukan simulasi directgeoreferencing untuk perhitungan koreksi geometrik sistematik citra pushbroom imager dengan prinsip membangunrelasi antara sistem koordinat sensor pushbroom pada wahana terhadap koordinat pada permukaan bumi. Relasi inidibangun dengan cara memproyeksikan setiap titik sensor (piksel) pada permukaan bumi melalui prinsip interseksi.Namun untuk melakukan proses interseksi, posisi sensor dan permukaan bumi harus berada pada suatu sistem koordinatyang sama. Untuk itu operasi sensor terhadap sikap (roll, pitch, yaw) dilakukan pada sistem koordinat wahana (SKW)sedangkan operasi interseksi dilakukan pada sistem koordinat bumi (SKB). Hasil simulasinya berupa pelabelankoordinat geodetik latitude longitude untuk tiap-tiap piksel citra pushbroom dalam satu baris/larik.
- Hal. 25-36