Inferioritas Perempuan dalam Perkawinan: Kajian Hermeneutika dan Kritik Sastra Feminis dalam Novel Azab dan Sengsara

Main Author: Suhendi, Didi
Format: Article PeerReviewed application/pdf
Terbitan: JPBS-FKIP, LB, PSPB-PPs Unsri, MLI Cabang Unsri, Balai Bahasa Palembang , 2008
Subjects:
Online Access: http://eprints.unsri.ac.id/3947/1/Cover.pdf
http://eprints.unsri.ac.id/3947/2/Isi.pdf
http://eprints.unsri.ac.id/3947/
Daftar Isi:
  • Dalam pemaknaan teks sastra, hermeneutika menduduki peranan yang signifikan. Sebagai ilmu interpretasi, hermeneutika berusaha menangkap makna-makna, mengelaborasi pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra. Akan tetapi, validitas interpretasi terhadap teks sastra bersifat relatif karena sebuah interpretasi sesungguhnya merupakan reinterpretasi. Pembaca yang juga sekaligus penafsir memahami teks dari pusat pandangan dan sejarahnya sendiri. Dengan kalimat lain, pemahaman pembaca dibatasi oleh horison sosial dan budayanya sendiri. Dalam proses pemahaman oleh seorang pembaca, interpretasi teks selalu merupakan horizontverschnelzung 'pembauran cakrawala', perpaduan antara cakrawala masa lampau (saat teks itu tercipta) dan cakrawala masa kini pembaca. Meskipun demikian, proses interpretasi harus tetap berpijak pada makna verbal dan konteks. Sebagai arena “pertarungan kekuasaan”, teks sastra memuat interes-interes, tendensi-tendensi, dan kepentingan-kepentingan politis tertentu tentang relasi laki-laki dan perempuan. Kaum feminis melihat bahwa sastra merupakan sarana efektif bagi sosialisasi ideologi patriarkis, dan pemaknaan karya sastra oleh pembaca, selama kurun waktu yang panjang, dilakukan dengan perspektif laki-laki. Oleh karena itu, model reading as woman ‘membaca sebagai perempuan’ diperlukan untuk mendekonstruksi pembacaan androsentris tentang relasi laki-laki dan perempuan, terutama dalam perkawinan. Dalam novel pertama Indonesia, status perempuan dalam perkawinan bersifat inferior. Fungsi dan peran mereka semata-mata diarahkan untuk berbakti dan melayani kepentingan suami