Menyoal Praktik Kekuasaan di Arena Pendidikan Berbasis Keagamaan Suatu Perspektif Cultural Studies

Main Author: Taqwa, Ridhah
Other Authors: taqwa, ridho, Humaidi, Zuhri, Rahim, Ainur, Fajar Asti, Andi, Dachrud, Muzdalifah, Sumrahadi, Abdullah, Syamsul Muniri, Akh
Format: BookSection PeerReviewed application/pdf
Terbitan: FWI dan Jurnal Paradigma , 2009
Subjects:
Online Access: http://eprints.unsri.ac.id/3387/1/Buku_100_Tahun_Kebangkitan_Nasional.pdf
http://eprints.unsri.ac.id/3387/
ctrlnum 3387
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title>Menyoal Praktik Kekuasaan di Arena Pendidikan Berbasis Keagamaan Suatu Perspektif Cultural Studies</title><creator>Taqwa, Ridhah</creator><subject>HM Sociology</subject><description>Dalam kehidupan politik yang demokratis, makna pemilu yang paling mendasar atau subtansial adalah sebagai wahana pergantian dan perebutan kekuasan berdasarkan regulasi, etika dan norma politik. Dengan dasar subtansial itu, maka melalui pemilu diharapkan sirkulasi elit politik akan berlangsung secara damai dan beradab, sehingga memenuhi kriteria demokratis, tidak hanya secara prosedural tetapi yang paling utama demokratis secara subtansial.&#xD; Hasil pemilu 1999 dan 2004, selain ada kemajuan, juga masih terdapat sejumlah kelemahan, seperti masih banyaknya pelanggaran pemilu yang tidak ditindak lanjuti, baik administratif maupun pidana pemilu. Kelemahan lain masih minimnya wakil rakyat yang memiliki legitimasi tinggi, karena sebagian besar anggota legislatif pada pemilu 2004 lalu terpilih karena nomor urut, bukan terpenuhinya BPP. Pemilu era reformasi, khususnya 2004, justru menjadi arena legitimasi baru para kader partai Golkar, termasuk PDI-P, sebagai partai yang pernah memerintah untuk duduk di legislatif, baik di DPR maupun di DPD yang sebagian di antaranya termasuk politisi busuk. Sedang ikatan komunal dan aliran kembali menguat, dimana sejumlah ulama dan juga kalangan ningrat (keraton) yang masuk senayan melalui DPD. &#xD; Umumnya pemilih belum menjadi pemilih yang rasional dan kritis. Faktor primordialism, aliran dan hubungan patron serta kepentingan ekonomi sesaat masih menjadi referensi untuk menjatuhkan pilihan pada partai. Selain itu faktor pencitraan yang dilakukan oleh media massa, terutama terhadap kandidit pada pemilihan presiden tahap pertama dan kedua juga sangat menentukan bagi pemilih untuk menentukan pilihan politiknya. Pencitraan melalui media yang memerlukan biaya yang sangat besar, mengurangi kompetitifnya arena pemilihan, karena tidak semua pasangan-kandidat mampu menyediakan dana kampanye untuk iklan di media cetak dan elektronik. Kedepan masih diperlukan pendidikan politik secara berkelanjutan supaya semakin tumbuh jiwa kritis dan kedewasaan pemilih untuk berpartisipasi dalam politik praktis seperti halnya pemilu. Selain itu perlu penguatan pada institusi pemilu. Penyempurnaan UU pemilu senantiasa perlu diuji kehandalannya dilapangan, sehingga jika diperlukan perbaikan lagi pada pemilu berikutnya. Demikian pula penyelenggara pemilu perlu terus didorong untuk tertap berlaku adil dan profesional serta non partisan, khususnya di daerah. Dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan kelembagaan dan proses penyelenggaraan pemilu di semua lini, maka pesta demokrasi di masa mendatang akan semakin baik, semakin demokratis, wakil rakyat terpilih semakin legitimate dan pemerintah yang terpilih pun akan mampu menuntaskan semua agenda-agenda reformasi. Hanya dengan demikian pemilu sebagai praktik demokrasi subtansial akan mendekati kenyataan</description><publisher>FWI dan Jurnal Paradigma</publisher><contributor>taqwa, ridho</contributor><contributor>Humaidi, Zuhri</contributor><contributor>Rahim, Ainur</contributor><contributor>Fajar Asti, Andi</contributor><contributor>Dachrud, Muzdalifah</contributor><contributor>Sumrahadi, Abdullah</contributor><contributor>Syamsul Muniri, Akh</contributor><date>2009</date><type>Book:BookSection</type><type>PeerReview:PeerReviewed</type><type>File:application/pdf</type><identifier>http://eprints.unsri.ac.id/3387/1/Buku_100_Tahun_Kebangkitan_Nasional.pdf</identifier><identifier>Taqwa, Ridhah (2009) Menyoal Praktik Kekuasaan di Arena Pendidikan Berbasis Keagamaan Suatu Perspektif Cultural Studies. In: 100 Tahun Kebangkitan Nasional Dalam Berbagai Perspektif. FWI dan Jurnal Paradigma, Yogyakarta, pp. 123-147. ISBN 978-602-8627-06-1</identifier><relation>http://eprints.unsri.ac.id/3387/</relation><recordID>3387</recordID></dc>
format Book:BookSection
Book
PeerReview:PeerReviewed
PeerReview
File:application/pdf
File
author Taqwa, Ridhah
author2 taqwa, ridho
Humaidi, Zuhri
Rahim, Ainur
Fajar Asti, Andi
Dachrud, Muzdalifah
Sumrahadi, Abdullah
Syamsul Muniri, Akh
title Menyoal Praktik Kekuasaan di Arena Pendidikan Berbasis Keagamaan Suatu Perspektif Cultural Studies
publisher FWI dan Jurnal Paradigma
publishDate 2009
isbn 9786028627061
topic HM Sociology
url http://eprints.unsri.ac.id/3387/1/Buku_100_Tahun_Kebangkitan_Nasional.pdf
http://eprints.unsri.ac.id/3387/
contents Dalam kehidupan politik yang demokratis, makna pemilu yang paling mendasar atau subtansial adalah sebagai wahana pergantian dan perebutan kekuasan berdasarkan regulasi, etika dan norma politik. Dengan dasar subtansial itu, maka melalui pemilu diharapkan sirkulasi elit politik akan berlangsung secara damai dan beradab, sehingga memenuhi kriteria demokratis, tidak hanya secara prosedural tetapi yang paling utama demokratis secara subtansial. Hasil pemilu 1999 dan 2004, selain ada kemajuan, juga masih terdapat sejumlah kelemahan, seperti masih banyaknya pelanggaran pemilu yang tidak ditindak lanjuti, baik administratif maupun pidana pemilu. Kelemahan lain masih minimnya wakil rakyat yang memiliki legitimasi tinggi, karena sebagian besar anggota legislatif pada pemilu 2004 lalu terpilih karena nomor urut, bukan terpenuhinya BPP. Pemilu era reformasi, khususnya 2004, justru menjadi arena legitimasi baru para kader partai Golkar, termasuk PDI-P, sebagai partai yang pernah memerintah untuk duduk di legislatif, baik di DPR maupun di DPD yang sebagian di antaranya termasuk politisi busuk. Sedang ikatan komunal dan aliran kembali menguat, dimana sejumlah ulama dan juga kalangan ningrat (keraton) yang masuk senayan melalui DPD. Umumnya pemilih belum menjadi pemilih yang rasional dan kritis. Faktor primordialism, aliran dan hubungan patron serta kepentingan ekonomi sesaat masih menjadi referensi untuk menjatuhkan pilihan pada partai. Selain itu faktor pencitraan yang dilakukan oleh media massa, terutama terhadap kandidit pada pemilihan presiden tahap pertama dan kedua juga sangat menentukan bagi pemilih untuk menentukan pilihan politiknya. Pencitraan melalui media yang memerlukan biaya yang sangat besar, mengurangi kompetitifnya arena pemilihan, karena tidak semua pasangan-kandidat mampu menyediakan dana kampanye untuk iklan di media cetak dan elektronik. Kedepan masih diperlukan pendidikan politik secara berkelanjutan supaya semakin tumbuh jiwa kritis dan kedewasaan pemilih untuk berpartisipasi dalam politik praktis seperti halnya pemilu. Selain itu perlu penguatan pada institusi pemilu. Penyempurnaan UU pemilu senantiasa perlu diuji kehandalannya dilapangan, sehingga jika diperlukan perbaikan lagi pada pemilu berikutnya. Demikian pula penyelenggara pemilu perlu terus didorong untuk tertap berlaku adil dan profesional serta non partisan, khususnya di daerah. Dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan kelembagaan dan proses penyelenggaraan pemilu di semua lini, maka pesta demokrasi di masa mendatang akan semakin baik, semakin demokratis, wakil rakyat terpilih semakin legitimate dan pemerintah yang terpilih pun akan mampu menuntaskan semua agenda-agenda reformasi. Hanya dengan demikian pemilu sebagai praktik demokrasi subtansial akan mendekati kenyataan
id IOS4554.3387
institution Universitas Sriwijaya
institution_id 177
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Sriwijaya
library_id 596
collection Repository Universitas Sriwijaya
repository_id 4554
city KOTA PALEMBANG
province SUMATERA SELATAN
shared_to_ipusnas_str 1
repoId IOS4554
first_indexed 2017-08-30T23:44:19Z
last_indexed 2017-08-30T23:44:19Z
recordtype dc
merged_child_boolean 1
_version_ 1686139579748319232
score 17.538404