Dinamika tradisi gordang sambilan pada upacara adat perkawinan di taming batahan kabupaten pasaman barat (2005-2019)
Daftar Isi:
- Skripsi ini berjudul Dinamika Tradisi Gordang Sambilan pada Upacara Adat Perkawinan di Taming Batahan Kabupaten Pasaman Barat tahun (2005-2019) disusun oleh Nurleli. NIM. 1511020141 Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana gordang sambilan dalam upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing di Jorong Taming Batahan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejarah, pelaksanaan, fungsi, dan pandangan masyarakat tentang gordang sambilan dalam upacara adat perkawinan yang terdapat dalam tradisi tersebut. Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode penelitian sejarah dengan pendekatan antropologi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Heuristik, yaitu mencari dan menelusuri sumber sejarah yang berkenan dengan gordang sambilan dalam upacara adat perkawinan. 2) Kritik Sumber, yaitu sumber yang terkumpul kemudian diuji untuk memperoleh keakuratan informasi yang sedang diteliti. 3) Sintesis, yaitu menganalisis hasil dari sumber sejarah yang telah dikritik. 4) Penulisan, yaitu penulisan dari skripsi ini berbentuk deskriptif analisis. Hasil penelitian adalah (1) Sejarah gordang sambilan di Jorong Taming Batahan, awalnya gordang sambilan berasal dari sumatera utara yang dibawa oleh seorang raja yang bernama Batangari Rangkuti ke Jorong Taming Batahan, dan dialah yang mempunyai gordang sambilan tersebut. Kemudian sebelum Raja Batangari Rangkuti meninggal dunia, Raja Batangari Rangkuti memberikan atau mewariskan gordang sambilan tersebut ke masyarakat Jorong Taming Batahan dan semenjak itulah gordang sambilan muncul pada tahun (1876), kemudian berkembang di Jorong Taming Batahan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.(2) Pelaksanaan, Gordang sambilan dalam upacara adat perkawinan diawali dengan arak anak daro dan marapole yang diiringi oleh kedua orang tua membelai. Kemudian baru dilaksanakan gordang sambilan sore hari sekitar jam 17.00 WIB dengan membunyikan gordang sambilan sekalipun membuka panortoran oleh raja. (3) Adapun fungsi gordang sambilan pada pesta perkawinan adat Mandailing adalah sebagai hiburan, sebagai pengesahan lembaga sosial, kesinambungan masyarakat, pengungkapan emosional, dan Fungsi Reaksi Jasmani untuk membangkitkan semangat heroik, reaksi atau respon fisik. (4) Pandangan masyarakat terhadap gordang sambilan ini sangat penting dikembangkan karena dapat menambah wawasan, mengembangkan bakat dan minat tentang seni serta rasa peduli terhadap adat istiadat tersebut