Hubungan antara Anatomi Daun dengan Ketahanan Penyakit Gugur Daun pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg)
Main Authors: | Junita, Rini; Universitas Sumatera Utara, Lubis, Lahmuddin; Universitas Sumatera Utara, Pinem, Mukhtar Iskandar; Universitas Sumatera Utara, Dalimunthe, Cici Indriani; Balai Penelitian Sungei Putih, Galang, Deli Serdang |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara-Medan
, 2017
|
Online Access: |
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/article/view/14191 https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/article/view/14191/7037 |
Daftar Isi:
- Penyakit gugur daun merupakan penyakit yang penting pada tanaman karet. Penyakit daun tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anatomi daun dengan ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit gugur daun pada tanaman karet. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Silang dan Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungei Putih. Penelitian di lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial untuk menentukan intensitas serangan sedangkan penelitian di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial untuk menentukan anatomi daun dengan 2 faktor yakni faktor 1 terdiri dari 14 klon ( RRIC 100, PB 260, IRR 112, IRR 118, IRR 104, IRR 5, IRR 220, IRR 230, IRR 119, PB 330, PB 340, BPM 24, GT-1, dan AVROS 2037) dan faktor 2 terdiri dari 3 penyakit gugur daun (Oidium heveae, Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan dari ketiga penyakit gugur daun yang tertinggi pada klon BPM 24 sebesar 0,72%, O. heveae yang banyak menyerang klon karet sebesar 1,04%, interaksi antara klon dan penyakit gugur daun tidak berpengaruh nyata, stomata yang terbanyak yakni pada klon RRIC 100 sebesar 1772,85, kutikula yang paling tebal terdapat pada klon RRIC 100 sebesar 4,611 μm, antara intensitas serangan, jumlah stomata dan ketebalan kutikula tidak ada korelasi.