PEMIKIRAN IBNU KHALDUN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI DAN FILSAFAT SEJARAH
Main Author: | Kasdi, Abdurrohman |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed |
Terbitan: |
USHULUDIN STAIN KUDUS
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.stainkudus.ac.id/965/ http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Fikrah/article/view/564 |
Daftar Isi:
- Pemikiran Ibnu Khaldun dalam konteks sosiologi dan sejarah Arab sangat menarik untuk dikaji. Dia membagi masyarakat menjadi tiga tingkatan. Pertama, masyarakat primitif (wahsy), di mana mereka belum mengenal peradaban, hidup berpindah-pindah dan hidup secara liar. Kedua, masyarakat pedesaan, hidup menetap walaupun masih sederhana. Mata pencaharian mereka dari pertanian dan peternakan. Dalam kelas ekonomi mereka dibagi menjadi tiga, yaitu: petani, penggembala sapi dan kambing serta penggembala unta. Sedangkan yang Ketiga, masyarakat kota. Masyarakat ini menurutnya sebagai masyarakat berperadaban, di mana mata pencahariannya dari perdagangan dan perindustrian. Tingkat ekonomi dan kebudayaan cukup tinggi, mampu mencukupi kebutuhannya bukan hanya kebutuhan pokok, melainkan juga kebutuhan sekunder dan mewah. Kebesaran pemikiran Ibnu Khaldun telah banyak mempengaruhi filosuf Eropa dan pemikir pada masa pencerahan. Ibnu Khaldun telah mampu membuka sinyal teori evolusi biologi sebelum dilontarkan oleh Herbert Spencer, teori pemindahan solidaritas mekanis ke solidaritas unsur sebelum didengungkan oleh Durkheim dan, teori hegemoni kekuasaan sebelum disampaikan oleh Max Weber mengungkap teori surplus nilai sebelum Karl Marx dan kaidah dialektika sebelum Hegel, di samping teori lain seperti filsafat evolusi sejarah dan kreasi barunya, ilmu sosiologi serta ilmu budaya. Kata Kunci: Teori Sejarah, Sosiologi, Peradaban, Ashabiyah