Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

Main Authors: Abdulsalam, Maria, Daniel, Albert
Format: Article info application/pdf eArticle
Bahasa: ind
Terbitan: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI) , 2016
Subjects:
Online Access: https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/965
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/965/896
Daftar Isi:
  • Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia.Hasil survai rumah tangga tahun 1995 ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2% anakusia sekolah menderita ADB. Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan terjadinyaberbagai komplikasi antara lain berupa gangguan fungsi kognitif, penurunan daya tahantubuh, tumbuh kembang yang terlambat, penurunan aktivitas, dan perubahan tingkahlaku. Oleh karena itu masalah ini memerlukan cara penanganan dan pencegahan yangtepat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala pucat menahun tanpa disertaiperdarahan maupun organomali. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan anemia mikrositerhipokrom, sedangkan jumlah leukosit, trombosit dan hitung jenis normal. Diagnosisdipastikan dengan pemeriksaan kadar besi dalam serum. Pemberian preparat besi secaraselama 3-5 bulan ditujukan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan persediaanbesi di dalam tubuh ke keadaan normal. Mencari dan mengatasi penyebab merupakanhal yang penting untuk mencegah kekambuhan. Antisipasi harus di lakukan sejak pasiendalam stadium I (stadium deplesi besi) dan stadium II (stadium kekurangan besi).Dianjurkan pula untuk memberikan preparat besi pada individu dengan risiko tinggiuntuk terjadinya ADB antara lain untuk individu dari keluarga dengan sosial ekonomirendah.