Korelasi Kadar Seng Serum dan Bangkitan Kejang Demam
Main Authors: | Iva-Yuana, Iva-Yuana, Bahtera, Tjipta, Wijayahadi, Noor |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eArticle |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/509 https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/509/446 |
Daftar Isi:
- Latar belakang. Kejang demam merupakan kelainan saraf tersering pada anak. Sekitar 2%-5% anak di bawahumur 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Prognosis kejang demam baik, namun mengkhawatirkanorang tua. Penelitian tentang hubungan kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam belum banyakdilakukan.Tujuan. Membuktikan korelasi kadar seng serum dan bangkitan kejang demam.Metode. Penelitian kasus kontrol dengan subyek penelitian anak berumur 3 bulan-5 tahun di RS Dr.Kariadipada April 2009–Maret 2010, kelompok kasus dengan bangkitan kejang demam dan kelompok kontroldengan demam tanpa kejang. Kadar seng serum diperiksa di laboratorium GAKI FK UNDIP denganmetode atomic absorption spectrophotometry. Data dianalisis dengan uji Chi-square, korelasi Spearman,dan analisis determinan.Hasil. Subyek penelitian 72 pasien, 36 kelompok kasus dan 36 kelompok kontrol. Rerata kadar seng kelompokkasus 111,73 g/mL dan kelompok kontrol 114,56 g/mL (p=0,33). Tidak terdapat korelasi antara kadarseng serum dengan bangkitan kejang demam (r=0.114;p>0,05). Analisis determinan menunjukkan urutanbesarnya kontribusi faktor genetik (0,548), infeksi berulang (0,493), riwayat penyulit kehamilan-persalinan(0,364), suhu (0,309), gangguan perkembangan otak (0.141), kadar seng serum (-0,102), umur (-0,041)dengan confusion matrix 81,9% untuk prediksi.Kesimpulan. Rerata kadar seng serum pada bangkitan kejang demam lebih rendah dibanding tanpa kejangdemam, namun tidak bermakna. Tidak terdapat korelasi antara kadar seng serum dengan bangkitan kejangdemam. Kadar seng serum bersama faktor genetik, infeksi berulang, penyulit dalam kehamilan maupunpersalinan, suhu badan, gangguan perkembangan otak, dan umur dapat digunakan sebagai prediktorbangkitan kejang demam meskipun memiliki peranan kecil.