VILLA YULIANA: BANGUNAN BERARSITEKTUR INDIS DI KABUPATEN SOPPENG, SULAWESI SELATAN

Main Author: Hasrianti, Hasrianti
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Balai Arkeologi Sulawesi Selatan , 2019
Subjects:
Online Access: http://walennae.kemdikbud.go.id/index.php/walennae/article/view/380
http://walennae.kemdikbud.go.id/index.php/walennae/article/view/380/320
Daftar Isi:
  • Villa Yuliana adalah bangunan kolonial Belanda di Jl. Pengayoman No 1, Kecamatan Botto, Kecamatan Lalabata, Watansoppeng, Soppeng, Sulawesi Selatan. Bangunan ini dibangun pada 1905-1909. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan Villa Yuliana sebagai contoh arsitektur Indies. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-induktif menggunakan analisis bentuk dan tipologi melalui proses sintesis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Villa Yuliana dominan dipengaruhi oleh arsitektur bangunan kolonial tetapi dengan beberapa pengaruh dari arsitektur rumah Bugis. Arsitektur bangunan kolonial merupakan perpaduan dari gaya klasik, seperti Hindia Belanda (Indische Empire), Renaissance, gaya Victorian dan Gothic, dengan gaya modern seperti Art Nouveau. Penggabungan arsitektur Bugis, terlihat di atap pelana dengan overhang, beranda, dan lantai kayu dan langit-langit, merupakan upaya untuk beradaptasi dengan iklim tropis. Villa Yuliana is a Dutch colonial building at Jl. Pengayoman No. 1, Botto District, LalabataSubdistrict,Watansoppeng, Soppeng, South Sulawesi. The building was built in 1905–1909. Thispaper aims toexamine Villa Yuliana as an exemplar of Indies architecture. The employed research methods arequalitative-inductive using shape analysis and typology through a data synthesis process. The resultsshow that Villa Yuliana was predominantly influenced by colonialbuilding architecture but with someinfluence from Bugis house architecture. The colonial building architecture is a fusion of classic styles,such as the Dutch East Indies (Indische Empire), Renaissance, Victorian and Gothic styles, with modernstyles such as Art Nouveau. The incorporation of Bugis architecture, visible in the saddle roof with anoverhang, the veranda,and wooden floors and ceilings, was an attempt to adapt to the tropical climate.